TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai NasDem kembali menunjukkan kontribusi kongkritnya bagi eksistensi Indonesia di mata internasional.
Kali ini, kontribusi diberikan dalam proses pembebasan sepuluh sandera yang ditawan militan Abu Sayyaf di Filipina sejak 23 Maret lalu.
Dalam pernyataannya, Ketua Fraksi Partai NasDem Viktor Laiskodat yang terlibat langsung dalam proses pembebasan menyatakan, tim kemanusiaan Surya Paloh telah mengupayakan pembebasan itu sejak 23 April lalu.
“Kami bekerja dengan Tim Kemanusiaan Surya Paloh dan seluruh komponen yang terlibat,” ungkap anggota Komisi I DPR RI ini.
Dijelaskan lebih lanjut, tim kemanusiaan Surya Paloh terdiri dari misi gabungan Yayasan Sukma, Media Group, dan Partai NasDem.
Yayasan Sukma adalah lembaga kemanusiaan di bidang pendidikan, yang didirikan Februari 2005 atau sekitar dua bulan setelah tragedi tsunami Aceh.
Yayasan tersebut fokus di bidang pendidikan.
Dalam perkembangannya, yayasan ini terlibat berbagai kerja sama pendidikan, termasuk dengan pesantren-pesantren di Moro Selatan, Filipina.
Atas jaringan itulah, Yayasan Sukma bersama Tim Kemanusiaan Surya Paloh menjalankan misi pembebasan sepuluh sandera Abu Sayyaf.
Dalam proses itu, Yayasan Sukma diwakili Ahmad Baedowi dan Dr. Samsu Rizal Panggabean. Sementara Media Grup diwaikili CEO Rerie L. Moerdijat, dan Partai NasDem sendiri diwakili oleh Viktor Bungtilu Laiskodat.
“Proses pembebasan ini murni dilakukan melalui negosiasi. Jadi, tidak ada uang tebusan yang diminta Abu Sayyaf sebanyak 50 juta peso itu,” kata Viktor.
Proses negosiasi sendiri berjalan lancar.
Menurut Viktor, hal ini bisa terjadi lantaran jaringan yang dimiliki Yayasan Sukma.
Negosiasi dilakukan dengan pendekatan pendidikan, di mana Yayasan Sukma mengorganisir jaringan-jaringan kerja sama di wilayah pemerintahan otonom Moro Selatan.