Penulis: Iffah Ainur Rochmah
Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
MUSLIMAH Hizbut Tahrir Indonesia menyelenggarakan Focus Group Discusion dengan tema "Menggagas Solusi Tuntas Kekerasan Seksual", Kamis (19/5/2016).
Acara ini dihadiri oleh para tokoh intelektual dan media yang sama-sama ikut memberikan pandangannya dalam mencari solusi tuntas terhadap kekerasan seksual.
Melalui pencermatan terhadap pandangan tokoh dan intelektual dari berbagai latar belakang, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyimpulkan:
1. Negeri muslim ini dalam kondisi gawat darurat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak. Karenanya mendesak dilakukan langkah-langkah komprehensif dan sistemik untuk menghentikan kondisi buruk ini. Bila tidak maka masa depan calon-calon ibu dan anak-anak generasi negeri terancam bencana kemanusiaan.
2. Sikap pemerintah yang merespon persoalan ini tidaklah memadai untuk menghadirkan solusi tuntas. Pemberlakuan RUU anti kekerasan seksual dan pemberatan hukuman kepada pelaku kekerasan kepada anak dalam bentuk kebiri atau kastrasi kimiawi tidak akan mampu menjadi solusi tuntas menghentikan kekerasan seksual.
3. Makin banyak dan makin sadisnya kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak mengindikasikan ada problem sistemik. Yakni kasus-kasus yang terjadi tidak semata disebabkan faktor tunggal adanya individu-individu penjahat. Tapi juga menyangkut tata nilai dan tata aturan yang berjalan di negeri ini.
4. Karena itu penyelesaiannya harus menyentuh perubahan sistemik, perubahan integral. Tidak cukup dengan menangkap pelaku dan memberi hukuman sekeras-kerasnya saja.
Tata nilai yang terus disuntikkan di tengah masyarakat adalah liberalisme atau kebebasan. Bebas berperilaku, bebas berbuat dan bebas memiliki dsb.
Nilai-nilai agama dicampakkan, bahkan rasa kemanusiaan juga kalah dengan nafsu kebebasan. Lebih buruk lagi, negara juga menyusun tata aturan yang dilandasi kebebasan dan menjaga liberalisme.
Sadarilah wahai umat,
- Mengapa semakin banyak muncul kasus kekerasan seksual? Individu pelakunya kebanyakan kecanduan konten porno dan miras/narkoba, tidak punya benteng iman.
Pendidikan di keluarga dan pelajaran di sekolah mandul menghasilkan iman yang kokoh. Apalagi konten porno melalui media dikonsumsi setiap waktu, juga perempuan-perempuan yang membuka aurat ada di mana-mana. Belum lagi miras dan narkoba yang mudah didapat.
- Dimana negara? Negara tidak tegas terhadap media dan bisnis porno karena sebagian darinya menjadi sumber pemasukan pajak.
Negara tidak membuat aturan tentang pakaian perempuan yang menutup aurat karena dianggap bertentangan HAM, bertentangan dengan liberalisme.