TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat kepolisian, Hermawan Sulistyo mengungkapkan sebagian besar dari delapan calon Kapolri menolak jadi Kapolri jika diperbolehkan memilih, termasuk Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Wakapolri Komjen Budi Gunawan.
Alasannya, karena 'harga' mengemban tugas kapolri saat ini lebih mahal atau berat dibandingkan manfaat yang diperoleh.
"Jadi, kebanyakan calonnya ngumpet semua, pada nggak mau dan nggak ingin. Karena mungkin antara cost benefit-nya jadi kapolri sudah tidak menguntungkan lagi," beber Hermawan.
"(Seorang calon bilang,-red) ngapain jadi Kapolri, enakan jadi Wakapolri, enakan jadi kaba-kaba (kepala badan) itu," sambungnya.
Dengan kata lain, lanjut Hermawan, para calon Kapolri tersebut mengaku 'lebih banyak mudharatnya dibandingkan maslahat atau manfaatnya' jika menjadi Kapolri.
"Iya begitu. Mereka pada ngomong ke saya, 'Kami enaknya apa coba jadi Kapolri sekarang?' Yah benar sih. Kalau kewenangan dan fasilitas internal kan sama saja antara Kapolri dan bintang tiga lainnya," ungkapnya.
Bahkan, dalam sebuah pertemuan pribadi, beberapa calon tersebut meminta bantuan Hermawan agar menyampaikan ke Presiden Jokowi agar namanya tidak disertakan sebagai calon.
"Jadi (pencalonan kapolri) ini susah bukan karena mau ditutupi. Tapi, justru karena mereka mau menghindari. Mereka males. Malah ada beberapa orang datang ke saya, 'Mas, tolong bantu ngomong ke presiden, kan Anda dekat. Nggak lah aku sih. Tolong ngomong, jangan saya lah'. Itu termasuk kapolri juga ngomong begitu dan BG sampai ngomong," bebernya.
Seorang Hermawan Sulistyo bisa mengungkapkan hal seperti itu karena dikenal dekat dengan sebagian besar jenderal di Mabes Polri dan staf kepresidenan.
Bahkan, ia kerap dimintakan masukan oleh internal Polri.
Selain menjadi Profesor Riset Bidang Perkembangan Politik LIPI, Hermawan yang karib dengan panggilan Kikiek Haryodo juga merupakan pengajar di PTIK, Universitas Bhayangkara, dosen kursus Perwira Senior (Suspasen) Reserse Polri dan dosen tamu atau narasumber ahli Sespim Polri.
Hermawan mengungkapkan 'curhatan' satu per satu dari delapan calon Kapolri kepadanya.
Kapolri saat ini, Jenderal Badrodin Haiti menyampaikan kepadanya, lebih memilih menolak jika diberi tawaran perpanjangan masa jabatan dari Presiden.
Sebab, bagi Badrodin, tidak ada jaminan karir kepolisian yang dibangunnya selama 35 tahun tetap positif saat lengser dari jabatan Kapolri pada kemudian hari.
Sementara, Wakapolri Komjen Budi Gunawan (BG), Akpol 1983, lebih memilih tak ingin menjadi Kapolri bukan karena pernah tersandung kasus 'rekening gendut' di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tapi, ia lebih ingin mengabdi ke negara di luar institusi Polri jika tidak menjadi Wakapolri karena alasan tertentu.
Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, Komjen Dwi Priyatno merupakan Akpol 1982 dan pensiun pada 12 November 2017. Ia lebih memilih tak menjadi Kapolri karena untuk menghindari stagnan regenerasi kepemimpinan Polri mengingat tidak pernah ada cerita Kapolri digantikan oleh teman satu angkatan di Akpol. Alasan lain ia menolak, karena ada ketidakcocokan.
Adapun Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (Kalemdikpol), Komjen Syafrudin yang merupakan Akpol 1985 dan dikenal dekat dengan Presiden Jokowi, sudah dalam beberapa kesempatan pertemuan internal Polri menyampaikan menolak menjadi Kapolri.
Alasannya, ia tidak ingin membuat gaduh internal Polri dan untuk menghindari predikat kompetitor di antara sesama jenderal bintang tiga.
Sekretaris Utama Lembagga Pertahanan Nasional (Sestama Lemhanas), Komjen Suhardi Alius, Akpol 1985, yang dinilai cacat secara politis oleh pihak internal dan eksternal Polri terkait penyelesaian kasus 'Obor Rakyat'.
Suhardi juga menyampaikan ke Hermawan, minta tolong jangan diganggu lagi dirinya di Lembahanas. Ia merasa sudah nyaman dengan dirinya saat ini.
Lebih dari itu, lanjut Hermawan, bahkan Wakabaintelkam Polri, Brigjen Lutfi Lubihanto yang merupakan Akpol 1984 dan dikenal dekat dan punya karakter lebih kurang sama dengan Presiden Jokowi pun enggan jika diberi pilihan menjadi Kapolri.
Hingga berita ini diturunkan, Tribun belum mendapatkan konfirmasi dari pihak-pihak yang disampaikan oleh Hermawan.