TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara langsung untuk membebaskan tujuh anak buah kapal Tugboat Charles 001 yang diculik milisi bersenjata di perairan Filipina Selatan, masih menunggu efektifnya Pemerintahan Rodrigo Duterte.
Demikian disampaikan Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut menyatakan rencana TNI ikut turun dalam pembebasan tujuh ABK sedang dalam tahap finalisasi.
"Sekarang lagi kami finalisasi mengenai itu, kita tunggulah Pemerintahan (Filipina) yang baru. Menhan sudah darisana, saya kira Menhan sudah beri statement, menhan juga sudah beri ke saya dan Panglima TNI," kata Luhut usai menghadiri acara "Peran Islam untuk Perdamaian Indonesia" di Masjid Al Fataa, Menteng, Jakarta, Selasa (28/6/2016).
Terkait bentuk operasi yang nantinya melibatkan TNI dalam upaya pemulangkan WNI dari milisi Filipina, Luhut masih enggan mengungkapkanya.
"Kami belum mau buka secara detail biarlah beberapa waktu ke depan kita melihat dulu rencana setelah pemerintahan (Filipina) baru berlangsung," katanya.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi telah membenarkan kembali terjadinya penculikan terhadap WNI yang melintasi perairan Filipina Selatan.
Peristiwa yang terjadi pada 20 Juni 2016 itu, menimpa tujuh orang ABK Tugboat (TB) Charles 001 dan tongkang Robby 152.
Para korban penculikan itu semuanya warga Samarinda, Kalimantan Timur. Para sandera itu antara lain Ferry Arifin (kapten), M Mahbrur Dahri, Edi Suryono, Ismail, M Nasir, M Sofyan, dan Robin Piter.
Mereka diduga dibawa ke Tawi-Tawi, Filipina Selatan. Sejumlah media Filipina menduga para penyandera merupakan kelompok Abu Sayyaf.
Menurut The Inquirer dan Manila Times, Jumat (24/6), kabar penyanderaan itu diketahui setelah kapten TB Charles menelepon istrinya.
Dalam sambungan telepon itu, ia menyatakan diculik oleh kelompok bersenjata yang mengakuAbu Sayyaf.
Kapten kapal menambahkan penyanderaan meminta uang tebusan sebesar 20 juta ringgit Malaysia atau setara Rp 65,5 miliar.