TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR RI Mohammad Toha mengutuk keras aksi bom bunuh diri yang terjadi di halaman Mapolresta Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (5/6/2016) pagi.
Toha merasa sedih dan prihatin di ujung bulan Ramdhan masih saja ada anak bangsa Indonesia yang melakukan tindakan teror dengan bom bunuh diri.
"Sebagai warga yang berasal dari sekitar Surakarta, saya juga turut sedih dan sangat menyayangkan peristiwa itu. Dalam bulan Ramadhan begini kok masih ada yang berbuat kerusakan dan mencoba lakukan pembunuhan. Apakah itu yang diajarkan Islam? Tentu bukan!" ujar Toha ketika dikonfirmasi, Selasa (5/6/2016).
Menurut Toha, ia juga merasa kasihan kepada para pelaku bom bunuh ataupun aksi teror lainnya yang rata-rata masih muda. Mereka, katanya, dicekoki secara keliru soal jihad dalam Islam.
"Karenanya sudah saatnya penambahan kuantitas dan kualitas polisi, agar tiap desa ada 1 Babinkamtibmas yang profesional yang bisa mendeteksi gerakan terorisme," papar Toha.
Menurut anggota Pansus RUU Tindak Pemberantasan Terorisme ini hal itu sangat penting bagi pencegahan dan deteksi dini. Aparat berwenang dan berwajib, ujarnya, tidak boleh hanya berjaga-jaga kala peristiwa itu terjadi, namun harus berusaha melakukan pencegahan dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif.
"Sudah saatnya pihak yang berwajib, terutama Polri diberi kewenangan untuk masuk dan memutus rantai penyebaran faham terorisme. Harus segera memutus haraki (sel) gerakan mereka," kata Toha.
Ia pun meminta semua pihak harus menggalakkan pencegahan terhadap faham radikal seperti ini.
"Pemberantasan terorisme itu memerlukan gerakan simultan dari berbagai pihak dan dalam berbagai bidang," kata Toha.