TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Pusat Pemuda Katolik menilai pelaku teror di Mapolresta Surakarta adalah orang yang tidak mencintai perdamaian.
Menurut Ketua Bidang Organisasi Pengurus Pusat Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma, aksi bom bunuh diri di penghujung bulan Ramadan tersebut dinilai upaya untuk menciderai kerukunan umat beragama.
"Pelaku teror bom tersebut adalah orang yang tidak mencintai perdamaian. Orang yang akal budinya jauh dari nilai-nilai agama."
"Orang yang dengan sengaja ingin menciderai silaturahmi dalam perayaan Idul Fitri umat muslim," katanya saat dihubungi Tribun, Selasa (5/7/2016).
Untuk itu dia tegaskan, masyarakat tidak boleh takut dengan teroris dengan segala aksi dan tindakan mereka.
Semua elemen masyarakat diajak melawan aksi teror tersebut dengan sikap tidak boleh lengah dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
"Kita tidak boleh takut dengan teror, para teroris tersebut nyata hidup di tengah-tenga masyarakat disekitar kita," ujarnya.
Dijelaskan kelompok teroris bergerak dengan sistem sel dan jaringan.
Mereka sehari-hari hidup menyamar di tengah-tengah masyarakat.
Di fase pencegahan hanya masyarakatlah, menurutnya, yang bisa membatasi ruang gerak para teroris.
"Kepedulian lebih kita terhadap lingkungan juga akan membuat mereka semakin terpojok," katanya.
Selain juga budaya gotong royong, saling kenal "tonggo teparo" dan saling kunjung akan banyak membantu aparat keamanan mendapatkan informasi untuk deteksi dini tindakan teror.
Selain itu semua lembaga terkait seperti kepolisian, BNPT, BIN dan lainnya diharapkan lebih meningkatkan koordinasinya.
Karena masyarakat saat ini sangat percaya dengan kemampuan pemerintah dalam mengatasi gerakan terorisme.
Harapannya, imbuhnya, para pelaku dan otak pendanaan kelompok teroris harus bisa diungkap sejelas-jelasnya. Sekecil apapun tindakan teror tetap tidak bisa kita sepelekan.
"Ayo kita dukung aparat keamanan kita menanggulangi dan memberantas aksi-aksi terorisme dengan lebih peduli terhadap sesama dan lingkungan.
Masyarakat sudah cerdas bahwa tidak ada satu ajaran agamapun yg mengajarkan tentang kekerasan. Maka yang harus diperkuat saat ini adalah solidaritas dan gotong royong dari masyarakat untuk melawan aksi kekerasan dan teror," ujarnya.
Aksi bom bunuh diri terjadi di depan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Mapolresta Solo, Jawa Tengah, Selasa pagi.
Akibat peristiwa ini, pelaku bom bunuh diri tewas sedangkan seorang anggota Polri mengalami luka ringan.