TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Petinggi Polri mengatakan baku tembak antara kelompok teroris pimpinan Santoso dan satgas Tinombala terjadi pada Senin (18/7/2016) petang.
Menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar, baku tembak berlangsung selama 30 menit.
Kontak senjata terjadi di wilayah sektor I, yakni Poso pesisir utara sejak pukul 17.00 hingga 17.30 Wita.
Selama 30 menit itu, Satgas berupaya mempersempit ruang gerak lima anggota kelompok Santoso yang melakukan penyerangan.
"Mengakibatkan dua meninggal dunia di kelompok Santoso, yang diketahui petugas ada yang melarikan diri tiga orang," ujar Boy dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/7/2016).
Peluru anggota Batalyon Raider 515 Kostrad menembus tubuh salah satu anggota kelompok Santoso yang menyebabkannya tewas di tempat.
Sementara tiga orang lainnya yang terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki melarikan diri ke arah barat.
Sejak Senin malam, petugas bergerak ke lokasi tempat jenazah berada untuk dibawa ke Palu.
Namun, untuk menuju ke lokasi, jarak tempuh yang dilalui cukup jauh.
Dua jenazah tersebut akhirnya dibawa ke RS Bhayangkara Palu untuk diidentifikasi.
"Kami harap dengan heli, maka jarak tempuh tidak terlalu lama sehingga identifikasi segera dilakukan di Palu," kata Boy.
Boy mengakui salah satu jenazah memiliki ciri yang menyerupai Santoso, yakni berjanggut, berambut panjang, dan memiliki tanda tahi lalat di wajah.
Namun, polisi belum dapat memastikan apakah jenazah tersebut adalah Santoso atau bukan.
"Jenazah ini sampe saat ini belum dapat 100 persen dikatakan Santoso. Dengan kasat mata, ciri pelaku, termasuk foto yang dimiliki, masih dicocokkan dengan foto sementara," kata Boy.
Polisi berencana menghadirkan keluarga Santoso untuk mengenali ciri fisik salah satu jenazah yang dianggap mirip dengan pimpinan kelompok itu.
Selain itu, akan dihadirkan juga anggota kelompok Santoso lainnya yang sudah tertangkap dan menyerahkan diri untuk menegaskan apakah benar itu pimpinan mereka atau bukan.
Mabes Polri pun telah mengirim tim DVI untuk mengidentifikasi jenazah secara ilmiah.
"Kami tetap membutuhkan proses pemeriksaan oleh DVI. Nanti akan identifikasi wajah dan DNA," kata Boy.
Saat ini polisi masih melakukan pengejaran terhadap anggota kelompok yang melarikan diri dan masih bersembunyi. Diperkirakan saat ini jumlah anggota kelompok tinggal 19 orang.(Ambaranie Nadia Kemala Movanita)