News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hukuman Mati

Wanita Bercadar Tunggui Gembong Narkoba Freddy Budiman Jelang Eksekusi Mati

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Terpidana mati kasus narkoba, Freddy Budiman.

Laporan Wartawan Tribunnews.com A. Prianggoro dari Cilacap

TRIBUNNEWS.COM, CILACAP - Seorang wanita bercadar menunggui Fredy Budiman hingga saat-saat terakhir menjelang eksekusi gembong narkoba di Lapas Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (28/7/2016).

Seorang sumber yang berada di Pulau Nusakambangan mengungkapkan bila wanita bercadar tersebut datang sekitar pukul 09.00 WIB.

"Menurut daftar kunjungan tamu, wanita itu adalah istrinya. Hingga sekarang (pukul 18.00) masih ada di sini. Dia bersama seorang anak perempuan usia sekitar sepuluh tahun, katanya itu anak Freddy," ujar sumber tersebut.

Baca Juga : Jelang Eksekusi Mati, Polisi Tangkap 7 Wanita Pengunjukrasa di Nusakambangan

Freddy saat ini sedang berada di Lapas Batu di area Pulau Nusakambangan.

Selain istri Freddy Budiman, kunjungan juga dilakukan oleh Mawarti yang merupakan istri terpidana Gurdip Singh, warga asal India.

Mawarti membawa anaknya menemui sang suami dari pagi hingga petang ini belum terlihat ke luar dari Nusakambangan.

Sementara itu, terpidana mati Agus Hadi dijenguk oleh anaknya yang diketahui bernama Kendy, yang juga hingga petang ini masih di area Pulau Nusakambangan.

Agus Hadi alias Oki merupakan anak buah kapal (ABK) yang menyelundupkan narkoba dari Malaysia ke Batam, Indonesia. 

Keluarga siapkan tenda

Freddy Budiman kemungkinan akan dimakamkan di Surabaya.

Keluarga sudah mendirikan tenda di depan rumahnya di Jalan Kemayoran Baru 6A, Surabaya.

Namun, pantauan Surya.co.id di lokasi, Kamis (28/7/2016), di rumah tersebut tidak terlihat aktivitas.

Seluruh pintu dan jendela tertutup rapat. Begitu pula gerbang rumahnya.

Selain tenda, di depan rumah juga ada tumpukan kursi. Kursi ini masih menumpuk di pinggir jalan.

Sebelumnya Tribunnews memberitakan bahwa eksekusi mati 14 terpidana mati termasuk Freddy Budiman diperkirakan pada Jumat (29/7/2016) dinihari nanti.

Tim pemandi jenazah

Adalah Suhendro Putro (62), seorang koordinator pelaksana yang memandikan jenazah terpidana yang beragama Kristen dan Katolik yang mengungkap kemungkinan besar eksekusi dalam waktu dekat.

Yakni hampir dipastikan dilakukan hari ini, Kamis (28/7/2016) malam atau Jumat (29/7/2016) dini hari. Dalam hitungan Weton, hari ini adalah Kamis Pon atau malam Jumat Kliwon

"Saya nanti malam, tepatnya pukul 20.00 WIB diminta kumpul di Polres Cilacap lalu berangkat bareng-bareng ke Nusakambangan," kata Suhendro Putro kepada Tribunnews, Kamis (28/7/2016).

Suhendro menyatakan bila dirinya akan memandikan 10 jenazah dari total 14 terpidana yang akan dieksekusi mati.

Dari 10 jenazah tersebut, menurut Suhendro, terdiri atas tujuh terpidana beragama Kristen dan tiga terpidana beragama Katolik.

"Pemandi jenazah dari Kristen sebelas orang dan dari katolik ada enam orang. Kami sudah siap," ungkap jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Cilacap yang jadi pengurus kematian di lingkungan gerejanya tersebut.

Suhendro menceritakan bila memandikan jenazah, terlebih jumlahnya lebih dari satu, bukanlah tugas yang ringan.

Ia dan timnya harus siap secara jasmani dan rohani.

Waktu yang diperlukan untuk memandikan satu jenazah sekitar enampuluh menit.

"Jadi memandikan 10 jenazah nanti kira-kira akan berlangsung mulai pukul 20.00 sampai pukul 08.00."

"Kami harus tenang dan siap, tentu saja kami juga harus menyerahkan semua pekerjaan ini kepada Tuhan," ungkapnya.

"Proses pemandian jenazah itu panjang. Setelah (terpidana) ditembak, harus dipastikan dulu sudah meninggal atau belum lalu dijahit lukanya, dimandikan, dipakaikan baju," terangnya.

Suhendro bukan kali pertama memandikan jenazah terpidana yang dieksekusi mati.

Pada eksekusi tahap pertama, Suhendro memandikan lima jenazah terpidana dan pada eksekusi tahap kedua memandikan tujuh jenazah terpidana.

"Grogi sih tidak, tapi memang ini tidak ringan. Saya memandikan jenazah sudah sejak tahun 1992," terangnya.

Pada eksekusi tahap pertama dan kedua, Suhendro bahkan menyediakan perlengkapan kematian untuk jenazah terpidana mati. Di antaranya peti, salib, dan lainnya.

"Tetapi untuk eksekusi tahap ketiga kali ini saya tidak diminta menyediakan perlengkapan kematian."

"Semua perlengkapan kematian jenazah terpidana sudah disediakan pihak kepolisian," ungkapnya. (Tribunnews/adi prianggoro/Surya)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini