News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Shamsi Ali, Ulama Indonesia di Amerika yang Kerap Dicurigai FBI

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Shamsi Ali, saat sedang memberikan kotbah di pusat komunitas Jamaica Center, Queens, New York.

"Jadi New York itu dikenal dengan kota parade. Ada Parade Puerto Rico bahkan Parade Gay sekalipun, dan saya pikir Islam pun harus menunjukan eksistensinya sebagai entitas sosial yang tak berbeda dengan warga New York," tutur Shamsi.

Dalam Parade Islam itu biasanya komunitas muslim New York memperkenalkan Islam dengan sejumlah aksi damai. Parade Islam dimulai dengan shalat berjamaah.

Setelah itu rombongan memulai parade dengan shalawat melintasi pusat kota dan ditutup dengan orasi serta bazaar. Di dalam bazar biasanya umat agama lain pun ikut berpartisipasi.

Di tengah embusan citra negatif tentang Islam yang intoleran, kepolisian justru menganggap Parade Islam yang digelar komunitas muslim New York merupakan parade yang beda dibandingkan parade lainnya.

"Bahkan saat kami meminta izin ke kepolisian untuk menyelenggarakan Parade Islam, kepolisian langsung menyetujui dan mengatakan parade kami paling aman dari semua parade yang digelar di New York," ujar Shamsi.

Menurut kepolisian, Parade Islam merupakan yang paling aman dan damai karena tak ada kegaduhan dan minuman keras.

"Mereka (kepolisian) malah bilang, Parade Islam ini pengamanannya paling ringan," tutur Shamsi.

Namun, kedekatan Shamsi dengan Kepolisian New York terkadang dimaknai negatif oleh sekelompok umat Islam New York, terutama oleh beberapa golongan yang cenderung ekstrem.

"Mereka menuding saya lebih berpihak kepada kepolisian dalam segala hal. Padahal saya dekat dengan kepolisian dan FBI karena memang saya penasehat rohani di sana," ujar Shamsi.

Dia mengaku tak pernah mempersoalkan tudingan negatif tersebut. Bagi Shamsi, umat Islam di AS harus progresif dalam mengenalkan Islam kepada publik AS.

Jika menggunakan cara konvensional yang pasif, pastinya keingintahuan publik AS terhadap Islam tak akan terjawab.

"Selama ini Islam dikenal sebagai agama intoleran oleh sebagian masyarakat AS. Jika kita ingin mengenalkan Islam sejati dengan ajaran kedamaian, toleransi, dan demokrasi, maka kita harus tampil menjadi yang paling depan menunjukan citra itu," kata Shamsi.

"Kalau perlu, umat agama lain dan kelompok yang bersebrangan dengan Islam, kita ajak bicara, kita tunjukan Islam itu terbuka, toleran, dan penuh dengan kedamaian," lanjut dia.

Penulis: Rakhmat Nur Hakim

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini