Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kaukus Pancasila mengutuk keras aksi keji percobaan pembunuhan dan teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan.
Anggota Kaukus Pancasila Eva Kusuma Sundari menilai aksi tersebut menunjukan kegagalan Pemerintah dalam memberantas siar kebencian, serta lemahnya program deradikalisasi yang selama ini dilakukan.
Dari informasi yang diperoleh, pada Minggu, 28 Agustus 2016, telah terjadi peristiwa teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep. Pelaku juga melakukan percobaan pembunuhan terhadap Pastor Albert Pandiangan dengan sebilah pisau.
"Meskipun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, kejadian ini telah berhasil menciptakan rasa takut kepada umat katolik yang hendak melaksanakan hak beribadahnya dalam suasana aman," kata Eva melalui pesan singkat, Seni. (29/8/2016).
Politikus PDIP itu mengatakan peristiwa tersebut merupakan bagian dari perang proksi
Pasalnya, pelaku yang belum genap berusia 18 tahun, telah dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga berani melakukan aksi yang sulit diterima akal sehat.
“Kepolisian harus mampu mengungkap otak dibalik peristiwa ini. Jangan biarkan anak-anak Indonesia terus menjadi korban manipulasi pihak tertentu yang mengambil keuntungan dalam perang proksi ini," kata Anggota Komisi XI DPR itu.
Kaukus Pancasila, kata Eva, juga mengkritisi program deradikalisasi yang dinilai gagal dalam menghapuskan aksi teror yang sampai saat ini terus terjadi. Program deradikalisasi pada faktanya tidak menjangkau meluasnya siar kebencian di tengah-tengah masyarakat.
“Siar kebencian yang meluas akan mendorong berbagai aksi teror dengan sasaran secara acak, baik dilakukan oleh individu maupun kelompok," ungkap Eva.
Oleh karena itu, Kaukus Pancasila menuntut agar program deradikalisasi dapat pula diorientasikan dalam melawan siar kebencian. “Program deradikalisasi harus diperluas dengan menggunakan strategi konstitusi. Pendekatan agama saja tidak lah cukup," katanya.
Senada dengan Eva, anggota Kaukus Pancasila dari Fraksi PKB Maman Imanulhaq meminta BNPT dan Kepolisian RI menjelaskan kepada masyarakat atas sikap lengah aparatnya. Maman prihatin atas kinerja intel yang tidak mampu mendeteksi sebelum aksi tersebut terjadi.
Maman juga prihatin atas kinerja Kementerian Agama yang dinilainya tidak berhasil membangun budaya toleransi di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda. “peristiwa ini merupakan bukti nyata bahwa intoleransi dan radikalisme telah merasuk ke generasi muda bangsa. Ini sangat berbahaya," kata Anggota Komisi VIII DPR itu.