TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri melantik pengurus baru organisasi sayap partai yang bergerak pada bidang ke-Islaman yakni Bamusi (Baitul Muslimin Indonesia) di Gedung DPP PDIP, Jalan Diponegoro 56, Menteng, Jakarta, Kamis (8/9/2016).
Dalam sambutannya Megawati mengaku bersyukur dengan nuansa Islam yang ada di Indonesia.
Menurut Megawati, Islam di Indonesia itu ramah dan sejuk.
Hal itu dia dapatkan setelah mengunjungi berbagai tempat dan bertemu sejumlah ulama sewaktu menjabat Wakil Presiden.
"Sewaktu saya menjabat wakil presiden, saya diajak oleh sahabat saya Gus Dur bertemu kyai-kyai. Dari situ saya berpikir indah Indonesia ini, Islamnya ramah dan sejuk," ujar Megawati.
Oleh karenanya, menurut Megawati, paradigma ke-Islaman di Indonesia tidak dapat disamakan dengan Timur Tengah.
Islam di Indonesia merupakan Islam nusantara yang hidup bergandengan dan berdampingan dengan yang lainnya.
Dalam sambutannya juga Megawati menceritakan pengalamnnya menyelesaikan konflik yang mengatasnamakan agama sewaktu menjabat presiden RI.
Saat mengunjungi daerah konflik tersebut, oleh warga ia diminta ke masing-masing rumah ibadah.
Megawati mengaku saat itu masing-masing rumah ibadah yang berkonflik ia datangi, tanpa ada perbedaan sedikit pun.
Di sana ia menghimbau kepada warga dan amsyrakat untuk menanamkan rasa kebangsaan dan Nasionalisme.
"Waktu presiden saya diperintah untuk menyelesaikan konflik dari Maluku, Kalbar, Papua. sewaktu di Maluku, saya datangi warga dari masing-masing pihak. Saya bilang, satu yang saya minta, atas nama sesama rakyat Indonesia, kalian masih mau bunuh-bunuhan?," paparnya.
Hal yang sama dikatakan ketua PBNU Said Aqil Siroj.
Menurutnya Islam di indonesia tidak dapat disamakan dengan Timur Tengah.
Kedatangan Islam di indonesia dengan kedamaian tanpa pertumpahan darah.
Dalam waktu 50 tahun wali songo berhasil menyebarkan Islam dengan pendekatan budaya.
"Sekarang banyak orang yang ingin menerapkan Islam dengan pola pikir Timur Tengah di Indonesia. Ga cocok mas, itu ga cocok. Di Timur Tengah, tidak ada ulama nasionalis. Kalau ada yang nasionalis, itu bukan ulama," paparnya.
Oleh karenanya menurut Said Aqil, bila ada yang masih berpaham radikal, dan memaksakan keinginannya di Indonesia tanpa melihat keberagaman yang ada, sebaiknya hengkang dari tanah air.
"Kelompok radikal dan teroris di Indonesia silakan hengkang dari negara ini, jangan anggap mereka itu saudara atau tetangga kalian," pungkasnya.