TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Setelah melakukan pemeriksaan di Paminal Divisi Propam Mabes Polri, Jumat (17/9/2016), Alice Wara, wanita yang fotonya tersebar dan dikaitkan dengan isu penganiayaan oleh Kombes Krishna Murti akhirnya angkat bicara.
Dalam pemeriksaan itu, penyidik Mabes Popri menanyakan soal rekaman video yang menyebutkan anak dari Alice memanggil Krishna Murti dengan sebutan papa.
"Yang bikin tergganggu seolah-olah anak itu anak Pak Krishna. Keluarga sedikit terganggu. Karena yang lebih fokus (pemeriksaan paminal) ke video itu. Video itu tersebar, ada kata 'papa' kan. Itu video iseng, tersebar, disalahgunakan orang, tapi saya sama pak Krishna enggak ada hubungan apa-apa," kata Alice di Jakarta, Minggu (18/9/2016).
Dia mengaku heran mengapa video tersebut sampai jatuh ke tangan Paminal Divisi Propam Polri. Sebab, video tersebut tidak pernah dia unggah di akun media sosialnya, tetapi tersimpan di handphone pribadinya.
"Kemudian saya kerampokan. Saya dicegat satu motor yang ditumpangi tiga orang, di Medan Satria, Bekasi sekitar November-Desember 2015. Saat itu, malam jam 00.00-00.30 WIB saya keluar sama anak saya, mau cari makan. Bukan waktu yang tepat untuk keluar malam pada saat itu kan, saya keluar dan saya dicegat. Katanya saya nabrak kucing kemudian saya turun, di situ langsung dirampok," tuturnya.
Saat itu handphone Alice yang berisikan video tersebut diambil pelaku, berikut uang Rp 30 juta di tasnya. Alice sempat melaporkan kasus ini ke Polsek Medan Satria, pada saat itu.
"Dengan klarifikasi ini, saya berharap semua selesai sampai sini dan tidak diperpanjang lagi. Kasihan keluarga saya, anak saya juga Pak Krishna dan keluarganya juga pasti terganggu. Saya sudah jelaskan semuanya dan saya tegaskan tidak ada kaitan sama sekali dengan Pak Krishna," ucapnya.
Alice sendiri tak bersedia diambil fotonya secara langsung oleh wartawan saat pertemuan di Mal Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (18/9/2016) malam.
Kondisi fisik Alice pada saat pertemuan dalam keadaan sehat. Tidak ada lebam atau luka apa pun di wajahnya.
Dengan tegas dia menyatakan bahwa foto dirinya yang mengalami luka lebam dan diperban itu bukan akibat penganiayaan dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan Wakapolda Lampung itu.
Foto dirinya yang diperban dan juga foto ketika dia sedang menggendong anaknya dalam keadaan luka lebam pada wajahnya, bukan akibat dianiaya.
Foto itu sempat dia unggah di akun facebooknya. "Oh itu foto-foto lama. (Foto dirinya bersama anaknya) lebam itu, saya latihan bela diri. Yang pertama (foto diperban) itu habis kecelakaan di Sunter, naik motor. Itu kejadiannya sebelum lebaran Idul Fitri tahun ini," ujar Alice.
Alice mengaku heran mengapa dirinya disangkut pautkan dengan isu penganiayaan wanita oleh Kombes Krishna. Ia menduga kuat, foto-foto tersebut sengaja diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab dari akun facebooknya.
"Saya sudah tutup (FB), semua foto-foto itu diambil dari facebook saya. Itu semua gak ada hubungan dengan penganiayaan. Pokoknya saya sama pak Krishna dihubung-hubungkan ke saya, tentang penganiayaan itu tidak ada," kata Alice yang saat itu ditemani oleh kerabatnya.
Alice mengaku kenal dengan Krishna Murti sejak setahun lalu. Perkenalannya diawali dari Facebook. Ia memang mengikuti akun Facebook Krishna. Komunikasi pertamanya dengan Krishna dimulai dari inbox facebook.
"(Kenal) di Facebook, saya ngikutin kegiatan-kegiatan dia di Facebook. Makanya saya konfirmasi minta bantuan ke Pak Krishna. Saya hubungi lewat inbox, 'pak saya boleh mau konsultasi masalah saya' dan saya ini sering diteror. Pak krishna bilang ya oke kamu datang ke kantor saya, ini (nomor) HP saya, kalau kamu sudah di kantor hubungi saya," jelasnya.
Alice pun kemudian datang ke Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya untuk menemui Krishna pada tahun lalu yang dia sudah lupa waktunya.
Dua kali ia menemui Krishna di kantornya dan satu kali di Hotel Aston, dan semuanya untuk membicarakan kasus teror yang menimpa dirinya, dengan harapan Krishna dapat membantu persoalan teror yang dialaminya itu.
"Saya ketemu pak Krishna itu tiga kali. Dua kali ketemu di kantor dan satu kali di Aston. Pertemuan pertama dan kedua pun saya masih meminta bantuan karena saya mendapat teror, ya pak Krishna tidak bisa bantu kalau 'kamu tidak laporan (soal teror)," lanjut wanita berambut pirang ini.
Selama tiga kali pertemun itu, Alice meminta perlindungan dan meminta Krishna untuk membantu melacak pelaku teror. Tetapi Alice tidak mengikuti saran Krishna untuk membuat laporan polisi terlebih dahulu tentang teror yang dialaminya itu.
"Saya enggak mau bikin keluarga panik. Saya enggak mau situasinya makin runyam, saya minta perlindungan keamanan tapi ternyata ada prosesnya. Kalau enggak ada teror saya diem, pas giliran saya ada (diteror) saya minta bantuan pak Krishna," katanya saat ditanya mengapa tidak buat laporan soal teror itu.
Pada saat pertemuan ketiga dan terakhir kalinya dengan Krishna di Hotel Aston, Alice sempat merekam video pertemuan tersebut. Dalam video tersebut, Krishna menggendong anaknya dan memanggil dengan sebutan 'papa'.
Di Hotel Aston itu, Alice tegaskan, pertemuan itu bukan hanya dia dan Krishna, tetapi ada dua temannya yang lain. Mengapa pertemuan dilakukan di Hotel Aston, Alice mengatakan, pada saat janjian bertemu Krishna saat itu sedang kumpul di Hotel Aston bersama sejumlah anggotanya.
"Kesalahan saya terbesar adalah saya merekam satu video tanpa sepengetahuan pak Krishna, ini tidak lain hanya sebagai bentuk kebangaan saya melihat seorang seperti bapak Krishna mau bermain dengan anak saya," akunya.
"Saya tegaskan bahwa rekaman dan foto yang saya buat terhadap anak saya bukan untuk memeras pak Krishna atau untuk niat jahat apapun," tambahnya.
Soal anaknya yang memanggil 'papa' dalam rekaman tersebut, Alice mengatakan anak saya baru belajar ngomong. "Yang dia bisa baru 'papa' 'mama'. Urmurnya saat itu baru 6-7 bulanan dan sekarang anak saya hampir dua tahunan," tuturnya.(Wartakotalive.com/Bintang Pradewo)