TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasukan Moro National Liberation Front (MNLF) beserta tentara Filipina telah mengepung lokasi penyanderaan pihak Abu Sayyaf yang berada di Pulau Sulu, Filipina Selatan, Sabtu (17/9).
Setidaknya, terdapat penambahan pasukan dari yang semula 10 ribu tentara menjadi 22 ribu tentara.
"Ada penambahan hingga 22 ribu tentara disana," jelas Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu saat konferensi pers di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (18/9/2016).
Pasukan MNLF yang dirasa mengetahui medan pertempuran, mempunyai banyak peran penting dalam aksi penyelamatan tiga ABK sandera WNI tersebut.
Pada tengah malam, MNLF beserta dengan tentara Filipina akhirnya dapat membebaskan tiga orang sandera WNI dan satu sandera yang berasal dari Norwegia serta menyerahkan sandera-sandera tersebut kepada Gubernur Sulu, Filipina.
"Tengah malam itu diserahkan kepada Gubernur Sulu. Jadi ada acara serah terima kepada pemerintah Filipina dari pasukan MNLF," jelasnya.
Dia mengaku bahwa proses tersebut cukup lama karena di Zamboanga, sandera baru tiba pada pukul 16.30 waktu setempat dan kemudian Panglima Mindanao Barat menyerahkan kepada dirinya.
Setelah itu, lanjut Ryamizard, dirinya kemudian menyerahkan kepada Duta Besar Indonesia yang berada di Filipina dan akan dilakukan proses pemulangan secepatnya.
"Saya minta sama kemenlu melalui duta besar untuk dipulangkan secepatnya," kata dia.
Tiga orang ABK yang sudah bebas dari tawanan Abu Sayyaf adalah Emmanuel, Laurenz Koten dan juga Theodorus Kopong.
Ketiganya merupakan warga NTT yang ditangkap oleh kelompok militan Abu Sayyaf pada 9 Juli 2016 saat sedang berlayar menggunakan kapal LD/114/5S milik Chia Tong Lin asal Malaysia.
Dengan begitu, setidaknya masih terdapat enam orang sandera WNI lagi yang masih belum bebas dari sekapan Abu Sayyaf.