News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

DPR Komentari Dukungan 6 Negara Kecil di Pasifik Terhadap Kelompok Separatis di Papua

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Komisi I DPR RI Supiadin Aries Putra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah RI tidak perlu menghiraukan adanya pernyataan dari enam negara Pasifik agar Papua dimerdekakan karena banyaknya kasus pelanggaran HAM.

Hal tersebut dinilai hanya manuver dari kelompok separatis di Papua pimpinan Benny Wenda.

"Kita tidak perlu menanggapi itu manuver dari kelompok Melanesia Brother dan Benny Wenda saja," kata Anggota Komisi I DPR, Supiadin Aries Saputra kepada Tribun, kemarin.

Apalagi lanjut Supiadin, enam negara Pasifik yang meminta Papua dimerdekakan hanyalah negara kecil, bukan anggota Dewan Keamanan PBB dan tidak memiliki hak veto.

Jadi katanya pemerintah RI tidak perlu khawatir. Pimpinan enam negara Pasifik itu juga lanjut Supiadin asal bicara dan tidak mengetahui sama sekail sejarah sebenarnya di tanah Papua.

"Mereka itu salah bicara, tak tahu masalah di Papua seperti apa," ujarnya. Kendati demikian kata mantan Jenderal bintang dua ini, pernyataan tersebut jangan dianggap enteng.

Pemerintah RI juga harus melakukan evaluasi menyeluruh di Papua. Mulai dari tingkat kesejahteraan, soal keamanan dan besaran anggaran pemerintah daerah.

"Pernyataan di PBB itu jangan dianggap enteng juga, kita harus evaluasi menyeluruh, harus dievaluasi semuanya, agar bisa mencounter pernyataan negara-negara tersebut," kata Supiadin.

Tidak hanya itu, Supiadin juga meminta Kementerian Luar Negeri RI meningkatkan kemampuan diplomasi politik dan harus lebih aktif lagi.

Salah satu kuncinya adalah pemerintah RI dalam hal ini Kementerian Luar Negeri harus melakukan pendekatan kepada negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB dan mereka yang memiliki hak veto. "Kuncinya disitu," kata Supiadin.

Benny Wenda yang dimaksud Supiadin adalah seorang tokoh perjuangan rakyat Papua di Inggris. Sekitar tahun 1970, Wenda muda hidup di desa terpencil kawasan Papua Barat.

Bersama keluarganya, Wenda hidup dengan bercocok tanam. Sampai satu saat sekitar tahun 1977, ketenangan hidup mereka mulai terusik dengan masuknya pasukan militer.

Saat itu, Benny Wenda mengklaim pasukan memperlakukan warga dengan keji.

Benny menyebut di situsnya, salah satu dari keluarga menjadi korban hingga akhirnya meninggal dunia. Wenda mengaku kehilangan satu kakinya dalam sebuah serangan udara di Papua.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini