News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menteri Susi Pudjiastuti Bicara Reklamasi Teluk Benoa di Bali

Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (tengah) bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya (kanan), dan Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif (kiri) memberikan pemaparan saat menjadi pembicara dalam diskusi publik yang diadakan di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Selasa (4/10/2016). Diskusi dengan tema ?Kebijakan Reklamasi Memiliki Tujuan, Manfaat dan Efeknya? tersebut membahas kelanjutan proyek reklamasi di Indonesia yang hingga saat ini masih menjadi polemik. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengungkapkan berbagai kekeliruan dalam pemahaman dan eksekusi pembuatan pulau buatan atau reklamasi di pesisir pantai.

Menurut Susi, masyarakat kadang tidak bisa membedakan izin lokasi dengan izin pelaksanaan.

"Contoh tentang Benoa (Bali) begitu sampai izin lokasi kita keluarkan mereka menganggap pelaksanan reklamasi sudah terjadi," kata Susi saat menjadi pembicara diskusi di gedung KPK, Jakarta, Selasa (4/10/2016).

Padahal, kata Susi, izin lokasi adalah izin yang dikeluarkan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk setiap orang atau badan usaha atau Pemerintah untuk melakukan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal).

Menurut Susi, jika Amdal tidak ada maka reklamasi tidak bisa dilaksanakan.

Amdal tersebut merupakan pijakan bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

"Nah di Amdal ini lah go and no go-nya (pelaksanaan) proyek reklamasi. Termasuk di situ sosialnya juga akan dibuat analisis dampak lingkungan oleh menteri KLHK," kata Susi.

Kajian sosial tersebut adalah apakah ada penolakan dari masyarakat untuk pembangunan pulau buatan.

Jika masyarakat menolak, masyarakat masih bisa menggunakan gugatan class action.

Menurut Susi, Indonesia memiliki 37 titik reklamasi.

Dimana 17 titik sudah dan sedang reklamasi sementara 20 lokasi akan melakukan reklamasi.

Khusus untuk reklamasi Benoa memang mendapat tentangan yang sangat keras dari masyarakat.

Lebih dari 10.000 orang yang tergabung dalam ForBALI atau Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa menggelar aksi unjuk rasa di DPRD Bali, Kamis (25/8/2016), untuk menolak reklamasi.

Selain masyarakat biasa Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta dan grup musik beken asal Bali Superman is Dead juga menolak reklemasi.

Reklamasi di Benoa meliputi wilayah Badung dan Kota Denpasar. Reklamasi Benoa dilakukan karena Soesilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 51 tahun 2014 yang mencabut status konservasi Teluk Benoa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini