Data ini diungkapakan dalam peluncuran dan bedah buku Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno di Auditorium Museum Nasional, Jakarta, Rabu, (1/10/2014) lalu.
“Dalam konteks sejarah saya merasa terpanggil memberikan kesaksian, dalam rangkaian-rangkain yang terjadi masa lampau, yang menjadi sejarah bangsa,” kata Maulwi Saelan, saat memberikan sambutan dalam acara peluncuran dan bedah buku tersebut.
Menurut dia, saat inilah waktu yang tepat untuk meluruskan sejarah. Sebab banyak skenario yang terbentuk tentang Bung Karno.
Sementara itu menurut, Bonnie Triyana, Mulwi Saelan adalah seorang gerilyawan.
Dia dikabarkan pernah "tewas" pada saat perang urat saraf pada era Belanda.
“Karena pada saat itu Belanda tidak bisa membendakan antar warga dan pasukan gerilya,” kata Bonnie.
Maulwi Saelan juga pernah jadi kapten timnas Indonesia, dipenjara Orde Baru tanpa proses pengadilan.
Maulwi ditahan di Rumah Tahanan Militer Budi Utomo, Jakarta Pusat selama 4 tahun 8 bulan.
Kemudian ditahan di Rumah Tahanan Nirbaya, Jakarta Timur selama setahun.
Untuk membuat Maulwi tertekan, Kopkamtib sengaja Maulwi menempatkan Maulwi di sel isolasi.
“Kalau hujan kehujanan, kalau panas kepanasan. Selama seminggu saya dibuat menderita. Kelaparan dan kehausan. Untung ada penjaga bekas anak buah yang berbaik hati memberikan saya pisang goreng,” kenang Maulwi.
Setelah lima tahun lebih dipenjara, Maulwi dipanggil ke kantor petugas militer. Dinyatakan bebas.
Setelah itu Maulwi Saelan mengisi hari-harinya dalam bidang pendidikan dengan menjadi ketua Yayasan Syifa Budi, Kemang, Jakarta Selatan (sekolahnya lebih dikenal dengan Al-Azhar Kemang). (Dari Berbagai Sumber)