Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik Djarot Kusumayakti mengakui pihaknya mengalami sejumlah kendala untuk mengatasi permasalahan kenaikan harga gula yang drastis saat Lebaran tahun ini.
Menurut Djarot, selain masalah operasi pasar, pihaknya juga harus menyelesaikan permasalahan yang menyangkut nonteknis.
Djarot mencontohkan mengenai kondisi yang dihadapi di Sumatera Barat.
Djarot menuturkan, provinsi yang pernah dipimpin Gamawan Fauzi itu jadi satu daerah yang harga gulanya memang cukup tinggi atau masuk harga ekstrem.
"Kalau kita lihat data BPS (Badan Pusat Statistik) harga pada periode lebaran naik turun, kurang lebih Rp 16-17 ribu. Ini tentu harga besar."
"Sehingga yang kami lakukan, kami ingin segera melakukan operasi pasar untuk wilayah Sumatera Barat," kata Djarot di KPK, Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Djarot mengungkapkan saat operasi pasar tersebut, ketersediaan gula di gudang Jakarta habis sehingga mereka tidak bisa melakukan banyak hal.
Sembil menunggu stok, Perum Bulog mencari distributor untuk mempercepat penyaluran gula.
Selain mencari distributor, mereka juga menggunakan toko-toko binaan.
"Kalau bicara cara mendistribusikan, kami punya aturan internal, bisa dengan cara langsung dengan operasi pinggir jalan, bisa melalui retailer, bisa melalui whole sale," ungkat Djarot Kusumayakti.
Djarot Kusumayakti membantah jika distribusi ke Sumatera Barat atas permintaan Irman Gusman yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPD RI.
Kata dia, distribusi tersebut sesuai dengan perintah dari Menteri Perdagangan untuk distribusi ke daerah yang mengalami harga ekstrim.
"Kalau telpon Pak Irman dilakukan sekitar tanggal 20-an (Juli). Tanpa ditelpon Pak Irman pun, saya tidak bisa kirim. Wong saya gulanya baru siap tanggal 20," kata dia.
Terkait pengiriman gula di Padang yang dilakukan pada tanggal 29 Juli, Djarot Kusumayakti beralasan karena Padang baru mengajukan permintaan pada tanggal 25 Juli.