TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dewan Masjid Indonesia (DMI) punya rencana untuk mengintegrasikan masjid dan musholla yang ada di seluruh Indonesia.
Ketua DMI yang juga Wakil Presiden RIĀ Jusuf Kalla mengatakan salah satu caranya adalah dengan mensinergiskan kurikulum khotbah di setiap masjid dan musholla.
Dalam sambutannya di acara persemian Rapat Kerja DMI di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016), ia mengatakan bahwa kurikulum khotbah penting untuk diurus dengan serius sehingga apa yang didapatkan jamaah juga bisa lebih maksimal.
"Kita tidak mengaturnya, tapi membatasi hal hal yang baik. Jangan ada maki-maki di masjid contohnya, di luarlah kalau mau maki-maki. Bukan soal apa, karena akan meningkatkan suatu keimanan itu tidak dengan cara maki-maki," ujar Jusuf Kalla.
Dalam kesempatan itu, Kalla mengingatkan bahwa seorang jamaah bila rajin menunaikan ibadahnya maka ia bisa sekitar dua ribu lima ratus kali menyambangi masjid.
Jika kesempatan itu dimanfaatkan dengan kurikulum khotbah yang baik, dengan nada bercanda Jusuf Kalla mengatakan jika kurikulumnya tepat maka mendengarkan khotbah sudah sama seperti berkuliah biasa.
"Itu suatu S dua langsung kalau lima tahun kan. Jadi jangan dari Jumat ke Jumat ceramahnya itu-itu saja," terangnya.
Dengan kurikulum yang terintegrasi dan sistem informasis yang baik, seorang muslim bisa mengetahui tema khotbah di masjid dan musholla, dan bisa memilih mana yang ia sukai.
Selain itu DMI juga masih terus berupaya agar masjid dan musholla yang ada di seluruh Indonesia bisa memiliki sistem tata suara yang baik.
Mulai dari peralatan pengeras suara hingga akustik ruangan menurutnya juga harus dibenahi agar apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik.
"Karena delapan puluh persen di masjid itu mendengarkan. Mulai dari siapa khatibnya, (pendapatan) uang sumbangan, sampai mendengarkan khotbah. Kalau misalnya menghabiskan waktu sejam di masjid, sekitar empat puluh menitnya itu mendengarkan," katanya.