Taufan Hunneman, Ketua Persaudaraan Monas Community
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Semakin menjamurnya aksi-aksi intoleransi yang dilakukan sekelompok orang di sejumlah daerah Indonesia kekinian, ternyata ikut membuat resah eksponen gerakan Reformasi 1998.
Aktivis, kritikus sosial dan budayawan eksponen '98 yang tergabung dalam Persaudaraan Monas Community menilai aksi-aksi tersebut justru merugikan bangsa dan tak sesuai cita-cita reformasi.
"Begitu banyak pengorbanan agar kita saat ini bisa menghirup udara era reformasi yang dipenuhi kebebasan, anti-diskriminasi, dan toleransi. Ironisnya, ada kelompok-kelompok yang tak ikut memperjuangkan reformasi, tapi kini justru ingin mengembalikan situasi seperti pra-reformasi," tutur Taufan Hunneman, Ketua Persaudaran Monas Community, Rabu (18/1/2017).
Ia mengatakan, para eksponen Reformasi '98 secara tegas menolak segala bentuk wacana atau konsepsi maupun gerakan-gerakan yang berkonfrontasi dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Selain itu, kata Taufan, eksponen '98 juga tak menyetujui dan meminta penegak hukum menindak aksi-aksi intoleran hingga tindakan yang menghina, melecehkan, serta merendahkan lambang dan dasar negara.
"Pun kami meminta aparat hukum menindak aksi-aksi intoleran yang menghina atau melecehkan bahasa nasional serta ragam kebudayaan yang merupakan kekayaan tanah air," tandasnya.