Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jalur terbang Asia Timur-Australasia adalah satu dari delapan jalur terbang burung air migran utama di bumi.
Jalur terbang ini membentang dari Rusia timur dan Alaska ke arah selatan melalui Asia Timur dan Asia Tenggara hingga Australia dan New Zealand, melewati 22 negara, termasuk Indonesia.
Itu karena negara-negara ini memberikan tempat persinggahan untuk kurang lebih 50 juta burung air migran. Termasuk jenis-jenis burung pantai, bebek, burung jenjang, burung laut.
"Maka negara-negara tersebut sepakat untuk membentuk kemitraan jalur terbang Asia Timur-Australia pada November 2006 di Bogor, Indonesia," ujar peneliti Wetland International-Indonesia Yus Rusila Noor dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Minggu (22/1/2017).
Diketahui, pertemuan para anggota Mitra (MoP - Meeting of Parties) ke-9 dilaksanakan pada 9-15 Januari 2017 lalu di Singapura. Pertemuan ini menghadirkan pemerintah, organisasi internasional non pemerintah dan organisasi antar pemerintah.
Pertemuan ini merupakan forum pertemuan yang dilaksanakan guna membahas berbagai persoalan konservasi burung air migran dan pemanfaatan habitatnya secara berkelanjutan.
Yus mengatkan Indonesia ikut berperan aktif dalam kegiatan tersebut, yang diwakili oleh beberapa lembaga pemerintah dan nonpemerintah, termasuk dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Wetland International - Indonesia, Burung Indonesia, kelompok Burung Laut Indonesia, kelompok Birding Sumatera, Kelompok Pengamat Burung-Spirit of South Sumatra, dan ahli perorangan.
Dalam tujuh hari kegiatan tersebut, kata Yus, Indonesia mempresentasikan kegiatan yang telah dilaksanakan selama dua tahun terakhir terkait perlindungan burung bermigrasi, ancaman selama burung migrasi di Indonesia termasuk perdagangan, penangkapan tidak sengaja dan perburuan.
"Beberapa rencana aksi yang akan dilakukan Indonesia bersama dengan negara-negara yang ikut dalam jalur terbang Asia Timur-Australasia antara lain identifikasi lokasi burung migrasi dan pengembangan informasi terkait beberapa jenis burung," tutur Yus.
Yus menuturkan pertemuan itu bertujuan mengembangkan jaringan kerja jalur terbang dari lokasi yang memiliki kepentingan internasional bagi pelestari burung air migran; memperkuat komunikasi, pendidikan dan penyadartahuan publik mengenai berbagai nilai burung air migran dan habitatnya; memperkuat kegiatan penelitian dan pemantauan jalur terbang, membangun pengetahuan dan mempromosikan pertukaran informasi mengenai burung air migran dan habitatnya.
"Membangun kapasitas para pengelola sumber daya alam, para pembuat keputusan dan pemangku kepentingan lokal terkait dengan pengelolaan burung air migran dan habitatnya; dan mengemangkan jenis dan habitat prioritas berbagai pendeaktan lingkup jalur terbang untuk memperkuat status pelestarian burung air migran," kata Yus.(*)