TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Pol Rikwanto mengatakan, perekrut warga negara Indonesia untuk bergabung dengan ISIS sudah merambah ke tingkatan lebih tinggi.
Tak hanya kalangan biasa yang dipengaruhi, kalangan intelektual juga berhasil mereka bujuk.
"Sejauh ini kan sudah mulai ada indikasi yang direkrut itu bukan hanya dari golongan awam atau dari desa tapi juga sudah masuk ke kalangan intelektual," ujar Rikwanto di kompleks PTIK, Jakarta, Jumat (27/1/2017).
Pemulangan mantan pegawai Kementerian Keuangan Triyono Utomo Abdul Sakti beserta isteri dan tiga anaknya dari Turki menjadi salah satu contoh anggapan tersebut.
Padahal, kata Rikwanto, Triyono merupakan lulusan S2 dari Adelaide University, Australia.
Ia berharap, kaum terpelajar tak lagi mudah terbujuk untuk bergabung kelompok radikal, apalagi sampai menjual harta bendanya untuk tinggal di Suriah dan menjadi simpatisasn ISIS.
"Karena kita berpikiran mereka cukup rasional dalam berpikir, cukup logic, seharusnya bisa menolak mana yang pantas, mana yang tidak, mana yang patut, mana yang harus dihindarkan," kata Rikwanto.
Dari hasil penyelidikan Densus 88, diketahui para perekrut mulai masuk ke kampus-kampus.
Mereka masuk sebagai pembicara di acara keagamaan kampus dan mulai memengaruhi pemikiran mahasiswa.
Dari pemeriksaan, diketahui motif Triyono dan keluarga menuju Suriah karena ingin hidup di negara yang berlandaskan syariat islam.
Selama beberapa minggu, mereka sempat tinggal di Turki. Namun, tak jelas apa yang mereka lakukan di sana.
Karena menaruh curiga, otoritas Turki memeriksa asal usul mereka dan tujuannya ke sana.
Namun, ternyata diketahui tak ada tujuan yang jelas sehingga mereka dideportasi.
Triyono diketahui merupakan mantan pegawai Kemenkeu dengan pangkat terakhir di llIC. Ia telah mengajukan pengunduran Diri sebagai PNS Kemenkeu pada Februari 2016 silam.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 7591KM,1/UP.72/2016, Triyono diberhentikan sebagai PNS atas dasar pemintaan sendiri mulai Agustus 2016.
Berdasarkan pemeriksaan Polri, Triyono dan keluarganya meninggalkan Indonesia menuju Thailand pada 16 Agustus 2016. Setelah itu mereka meneruskan penerbangan ke Turki.
Di Turki, Triyono sempat berpindah-pindah penginapan termasuk tinggal dipenampungan selama 3 bulan dengan tujuan ke Suriah.