TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo sampaikan penegasan sikap terkait insiden Diksar Mapala UII yang menewaskan tiga orang. Begini isi tweetnya, Jumat (27/1/2017).
Seperti diketahui tiga korban tewas yakni, Muhammad Fadli (20) meninggal saat hendak dibawa ke Puskesmas Tawangmangu, Jumat (20/1/2017)
Dua korban meninggal di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Syaits Asyam (19), Sabtu (21/1/2017) serta Ilham Nurfadmi Listia Adi (20), Senin (23/1/2017).
Selain tiga tewas Diksar Mapala Unisi The Great Camping yang menjalani rawat inap menjadi 10 orang.
Meski dalam tweetnya ia tak menyebut secara rinci tentang kasus kegiatan Diksar UII, namun kicauannya di Twitter ini menunjukkan penegasan sikap.
Melalui akun Twitter yang terverifikasi Presiden Jokowi menyampaikan satu poin penting.
"Saya tegaskan, tidak boleh lagi ada kekerasan di dunia pendidikan. Kekerasan, apalagi menyebabkan kematian, jangan sampai terjadi lagi –Jkw," demikian tertulis di Twitter.
Sebut tindakan kriminal
Dilaporkan sebelumnya oleh Imanuel Nicolas Manafe Reporter Tribunnews.com, Presiden Joko Widodo menanggapi kasus dugaan tindak kekerasan dalam pelatihan pencinta alam yang terjadi beberapa waktu lalu.
Menurut Presiden, tindak kekerasan bukanlah bagian dari pendidikan dasar dalam kegiatan apapun.
Bahkan, Kepala Negara menyebut hal tersebut sebagai bentuk tindakan kriminal.
"Di manapun yang namanya pendidikan dasar itu latihan yang terukur, bukan kekerasan, apalagi sampai menyebabkan kematian. Itu sudah masuk ke kriminal," ujar Presiden Jokowi berdasarkan keterangan Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden, Jumat (27/1/2017).
Presiden pun sekaligus menegaskan bahwa tindak kekerasan tidak boleh terus dibiarkan di perguruan tinggi manapun di Indonesia.
Ia juga berharap agar ke depannya tak lagi terjadi tindak kekerasan serupa itu.
"Di perguruan tinggi dan institut manapun tidak boleh yang namanya pelatihan dengan kekerasan seperti itu," kata Jokowi.
Sebagaimana diketahui, pendidikan dasar bagi para mahasiswa pencinta alam (Mapala) suatu perguruan tinggi swasta yang digelar di Hutan Tlogodringo, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, telah menimbulkan korban jiwa.
Sebanyak tiga orang meninggal dunia akibat tindak kekerasan yang diduga terjadi dalam pelatihan tersebut, sementara sejumlah orang lainnya harus dirawat intensif.
Atas peristiwa tersebut, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengecam keras segala tindak kekerasan yang terjadi.
Ia pun meminta agar pelaku yang terbukti bersalah harus ditindak tegas.
"Saya tegaskan kekerasan tidak boleh lagi ada. Ini harus diberantas sampai akar-akarnya. Untuk pelaku, jika terbukti harus ditindak seadil-adilnya dan seberat-beratnya. Mahasiswa yang terlibat perlu diperiksa. Peristiwa ini sudah menjatuhkan marwah dunia pendidikan kita," ungkap mantan Rektor Universitas Diponegoro tersebut di Yogyakarta, kemarin. (*)