TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono buka suara setelah namanya disebut dalam persidangan penistaan agama dengan terdakwa Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Dalam persidangan yang dilakukan Selasa (31/1/2017), SBY disebut menelpon Ketua Majelis Ulama Indonesia Maruf Amin.
Dalam telepon, SBY disebut meminta Ma'ruf untuk menerima pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di kantor PBNU, dan Ma'ruf diminta untuk mengeluarkan fatwa terkait kasus penistaan agama.
Dalam pengantar konferensi pers yang dilakukan di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Rabu (1/2/2017), SBY mengaku tidak marah saat namanya disinggung.
"Saya tahu dari staf, wartawan tanya, katanya Pak SBY pasti marah ya? Ya enggaklah," kata SBY.
SBY pun menjelaskan, saat ini dia tidak lagi bersikap seperti saat November 2016 silam. Ketika itu SBY marah saat namanya dianggap menggerakkan, mendanai serta menunggangi aksi damai 4 November.
"November saya dianggap keras atau marah karena tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba Partai Demokrat dituduh menggerakkan aksi damai 411. Mendanai bahkan menunggangi aksi damai itu," ujar SBY.
"Bahkan belakangan disuruh mengebom Istana Merdeka, di mana saya 10 tahun tinggal di sana," kata dia.(Dani Prabowo)