TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo memiliki otoritas penuh terhadap dirinya.
Demikian dikatakan Sekretaris Sekolah Partai dan Badan, Pendidikan dan Pelatihan DPP PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari menanggapi pernyataan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam jumpa pers, SBY menyebutkan ada pihak yang melarang Presiden Joko Widodo untuk bertemu dengannya.
"Tidak ada yang bisa mempengaruhi untuk menyuruh atau melarang apalagi cuma untuk ketemu seseorang. Tidak ada," kata Eva ketika dikonfirmasi, Rabu (1/2/2017).
Baca: Masinton: SBY Mau Ketemu Presiden Jokowi Mosok Harus Pengumuman di Konferensi Pers
Eva menduga Presiden Joko Widodo memiliki kalkulasi sendiri untuk menjaga kepentingan yang lebih luas untuk menentukan waktu yang tepat bertemu SBY.
"Tinggal tunggu waktu saja," kata Anggota Komisi XI DPR itu.
Menurut Eva, Presiden Joko Widodo tidak akan menuruti jika ada pihak yang melarang bertemu dengan SBY.
Contohnya, saat aksi bela Islam 212.
Baca: Pramono Anung Pastikan Tidak Ada yang Halangi SBY Bertemu Jokowi
"Semua melarang untuk keluar istana sesuai protap. Eh, beliau santai saja salat bareng demonstran dan pidato padahal taruhannya keamanan," imbuh Eva.
"Jadi, jika sekarang belum ketemu ya karena maunya Pak Jokowi bukan karena orang lain," tutur Eva.
Sebelumnya, Presiden keenam RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, ada pihak yang melarang Presiden Joko Widodo untuk bertemu dengannya.
Pihak tersebut, kata SBY, adalah orang-orang yang berada di lingkaran Presiden.
"Konon, beliau (Jokowi) ingin bertemu dengan saya, tapi dilarang oleh dua atau tiga orang di sekitar beliau untuk bertemu saya. Hebat juga dua-tiga orang itu bisa melarang Presiden bertemu sahabatnya," kata SBY dalam keterangan pers, di Jakarta, Rabu (1/2/2017).
SBY mengatakan, ia memendam keinginan bertemu Jokowi untuk mengklarifikasi segala hal yang dikaitkan dengannya.
Menurut SBY, ia dituduh menggerakkan dan mendanai aksi damai pada 4 November 2016, tudingan terkait upaya makar, dan sejumlah tuduhan lainnya.
"Sayang sekali, saya belum ada kesempatan bertemu Presiden Jokowi. Kalau bertemu, saya ingin bicara blakblakan, siapa yang menyampaikan informasi dan intelijen kepada beliau kalau saya mendanai 411, dan lain-lain," ujar SBY.
"Saya ingin melakukan klarifikasi secara baik, dengan tujuan dan niat yang baik, agar tidak menyimpan praduga atau saling curiga," kata dia.