TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adik Nasrudin Zulkarnaen, Andi Syamsuddin mendampingi Antasari Azhar membuat laporan di Gedung Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2017).
Andi berada di samping Antasari saat memberikan keterangan pers, mengenai kedatangannya ke Bareskrim Polri.
Andi memberikan dukungan kepada Antasari, untuk menguak segala misteri dalam pembunuhan kasus Nasrudin, kakak Andi, yang merupakan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen.
Antasari Azhar mengaku tak takut mati setelah melontarkan pernyataan keras, dengan menyeret nama Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Antasari menyatakan ada rekayasa kasus pembunuhan, dan itu melibatkan SBY.
Antasari tak takut ada ancaman yang akan datang tertuju kepadanya, setelah menuding keterlibatan mantan orang nomor satu di Indonesia tersebut. Terutama dalam merekayasa kasus Nasrudin.
"Saya ngomong hari ini, saya bicara hari ini, saya mati saya siap kok," ujar Antasari di Gedung Bareskrim, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2017).
Saat menyatakan hal itu, Andi dengan lantang memekikan takbir, "Allahuakbar!"ucap Andi.
Antasari pun melanjutkan pernyataannya, bahwa dia tidak peduli dengan keselamatannya ke depan.
Yang terpenting, masyarakat harus tahu kejanggalan kasus Nasrudin, yang membuatnya mendekam dipenjara kurang lebih selama delapam tahun.
Antasari mengatakan, misteri di balik kasus tersebut, harus diungkapkan secara terang benderang, meski melibatkan tokoh-tokoh nasional.
"Saya tidak peduli, ya, itu tolong dicatat. Tapi saya harus bicara ini. Kalau saya mati, ini jadi misteri kan'. Ini saya bicara,"
Rekayasa kasus pembunuhan Nasrudin, ucap Antasari, lantaran dirinya menolak untuk melepaskan besan SBY, Aulia Pohan.
Saat itu, Aulia terseret kasus korupsi dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) sebesar Rp 100 miliar.
Menurut keterangan Antasari, SBY menitipkan pesan melalui Hary Tanoesoedibjo. Hary datang ke rumah Antasari Maret 2009. Pesannya, untuk membebaskan Aulia.
"Untuk apa waktu itu menyuruh Hary Tanoe, datang ke rumah saya malam-malam. Apakah masih bisa kita katakan SBY tidak intervensi perkara ini bukti. Untuk tidak menahan Aulia Pohan," ucap Antasari.
Sebagai penegak hukum, Antasari mengaku obyektif. Sehingga permintaan itu, tak disetujui. Antasari disebut liar, dan tak bisa dikendalikan karena menolak permintaan membebaskan Aulia.
Setelah membeberkan, adanya rekayasa kasus pembunuhan Nasrudin, Antasari mengaku akan melanjutkan kegiatan seperti biasa. Dia tak peduli bila ada intimidasi atau teror yang menimpanya.
"Saya ada kegiatan, dan mungkin saya akan kembali ke rumah nanti malam, dan bagaimana pun apakah rekan wartawan bisa jaga keamanan saya? Ndak kan, ya sudah saya jaga keamanan saya sendiri," ujar Antasari.
Meski begitu, Antasari enggan menuduh pihak SBY atau Hary Tanoe yang akan meneror dirinya.
"Bukan saya menduh mereka akan melakukan aksi apa, ndak. Saya sudah alami, saya kemarin (2009) melaksanakan tugas resmi sebagai Ketua KPK," ucap Antasari.