Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Betul atau tidak dugaan bahwa Siti Aisyarh telah dimanfaatkan untuk membunuh Kim Jong Nam yang merupakan saudara dari pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, hal itu sampai saat ini masih diselidiki oleh otoritas keamanan Malaysia yag menangani kasus pembunuhan tersebut.
Mantan Komandan Kelompok Khusus Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Kolonel (Purn) Fauka Noor Farid, menyebut untuk mengetahui apakah Siti Aisyah adalah agen dari kelompok yang menginginkan Kim Jong Nam tewas atau hanya sekedar dimanfaatkan, hal itu bisa diketahui dari maksud kedatangan Siti Aisyah ke Malaysia.
"Untuk apa dia datang ke Malaysia, apa dia jadi TKIkah, atau apa. Kalau bukan TKI, ngapain dia ke Malaysia, " ujarnya saat dihubungi wartawan.
Kemungkinan bahwa Siti Aisyah adalah seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sudah terbantahkan oleh pernyataan Kepala Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan TKI (BNPPTKI), Nusron Wahid. Ia menyebut perempuan yang berangkat ke Malaysia pada 2 Februari lalu, bukan merupakan TKI.
Dauka Noor Farid menyebutkan prilaku Siti Aisyah sebelum dan setelah pembunuhan, juga bisa menjadi indikator apakah perempuan asal Serang, Jawa Barat itu memang merupakan agen terlatih, atau hanya sekedar dimanfaatkan untuk menghilangkan jejak pelaku sebenarnya.
Kata dia seorang agen intelijen profesional, umumnya setelah melakukan pembunuhan, ia tidak akan lari jauh. Dalam sejumlah kasus bahkan sang agen akan berjalan santai seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Fauka Noor Farid menyebut sang agen setelah melakukan pembunuhan, harus mengetahui hasil dari kerjanya itu.
"Ibaratnya kita melempar batu ke air, kita mau tahu seberapa besar gelombangnya," ujar Fauka Noor Farid.
"Kalau memang gayanya santai (setelah peristiwa pembunuhan), bisa jadi dia orang yang terdidik (sebagai agen)," katanya.
Dalam sejumlah kasus, sang agen akan memanfaatkan pihak ke tiga. Seseorang yang disebut pihak ketiga itu mungkin tidak tahu sama sekali terkait pembunuhan yang terjadi, namun seseorang tersebut akan dijebak sehingga bisa diamankan otoritas keamanan, sehingga indentitas pelaku pembunuhan yang sebenarnya tidak terungkap.
"Jahatanya intelijen begitu, memang sengaja supaya ditangkap, untuk menghilangkan jejak pembunuh aslinya," ujar Fauka Noor Farid.