Operasi gratis itu yang dia gelar untuk penyakit katarak dan hernia.
"Saya tidak berencana untuk terjun di politik," kenang Faida.
"Dulunya saya tidak berencana menjadi Bupati."
Kisah "cinta berpaling itu" terjadi tatkala sebagai aktivis di dunia kesehatan, sering menggelar pengobatan dan operasi gratis bagi masyarakat.
Ia bersama teman-temannya blusukan dari satu desa ke desa lain untuk menyuarakan program operasi katarak dan hernia gratis di RS swasta di Jember dan Banyuwangi.
Aksi kemanusiaan operasi gratis yang mereka galang dan kerjakan dituding negatif, disebut-sebut dijalankan hanya ingin maju sebagai kepala daerah alias bupati.
Suara-suara miring itu semakin kenceng terdengar, dan mengganggu gerakan kemanusiaan yang mereka bangun tersebut.
"Kita sempat berpikir kenapa aksi kemanusian ini terganggu-ganggu dan dicurigai? Sedangkan pasien kita itu banyak juga berasal dari lain Kabupaten. Akhirnya kita ketahui karena mau ada Pilkada," kisahnya.
Waktu terus bergulir hingga satu keputusan berkat dukungan dari rekan-rekannya, ia memantapkan tekad untuk terjun ke dunia politik, sebagai satu kandidat kepala daerah.
Tidak lain, tekadnya agar aksi kemanusiaan yang dilakukannya selama ini menjadi benar-benar gerakan bersama di Kabupaten Jember.
"Biar aksi sosial lancar," tegasnya.
Meski sekarang ia sebagai seorang bupati, tapi aksi kemanusiaan operasi gratis terus dilanjutkan.
"Tahun ini saja, operasi gratis hernia, yang satu-satunya ada di dunia di Jember, itu jumlahnya 1.200," kata dokter Faida.
Cita-cita awal di dunia kesehatan menjadi salah satu program prioritas di masa kerjanya yakni, peduli duafa sakit. Banyak kegiatan dan kerjasama nyata telah dan akan terus digalakkannya sebagai gerakan bersama.