Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Pansus RUU Penyelenggaraan Pemilu Lukman Edy mengaku gemetar memastikan pemilu serentak 2019 berjalan sukses. Pasalnya, pemilu serentak pertama kali dilaksanakan di Indonesia.
"Yang membuat saya gemetar adalah pemilu serentak ini. Bukan soal misalnya parliamentary threshold," kata Lukman saat acara diskusi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Lukman mengatakan tidak masalah adanya perdebatan parliamentary treshold sebesar 3,5 persen menjadi 5 persen atau 7 persen. Begitu pula pembahasan mengenai presidential treshold sebesar 0 persen atau 20 persen.
"Enggak buat saya gemetar tetapi pemilu serentak yang secara tekhnis yang membuat saya gemetar,karena ini baru pertama kali kita lakukan," kata Politikus PKB itu.
Lukman khawatir mengenai kompleksitas pelaksanaan pemilu serentak tersebut. Ia mencontohkan pemilu tidak serentak memakan waktu hinhga sore hari untuk menghitung suara di TPS. Sedangkan, pemilu serentak dengan lima kotak dapat menghabiskan waktu sehari penuh untuk menghitung suara di TPS.
"Kalau tidak ada inisiatif untuk melakukan cara penghitungan. KPU dan NGO-NGO buru-buru menolak e-Voting ketika kita mengembangkan ini dianggap saat ini kita khawatir dengan cyber crime, pembajakan IT dan yang lainnya atau dikatakan secara psikologi masyarakat itu belum siap meggunakan e-voting ini," kata Lukman.
Padahal, kata Lukman, e-voting adalah salah satu instrumen untuk mempersingkat itu waktu penghitungan. Ia mengakui terdapat cerita sukses maupun tidak terkait pelaksnaan e-voting tersebut.
"Tetapi negara tersebut enggak ada kejadian meenghitung sampai pagi, mana ada cerita di Jerman itu menghitung sampai pagi. Keberatan tentang KPU ini disampaikan oleh KPU bahwa jangan dirubah manualnya , memang beginilah Indonesia kalau pemilu ada sorak-soraknya," kata Lukman.