TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari identifikasi sementara tim labfor, diketahui enam senjata api rakitan yang digunakan enam terduga teroris dalam baku tembak tim gabungan kepolisan di Tuban, Jawa Timur, Sabtu petang merupakan produk lokal.
"Senjata-senjata api ini patut diduga produk lokal, rakitan. Kalau yang dari Filipina Selatan itu pabrikan," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Senin (10/4/2017).
Boy menyangsikan keenam senpi rakitan kelompok terduga teroris tersebut berasal dari Cipacing Bandung atau dari Lampung.
Diduga kelompok tersebut memperolehnya dengan membeli di tempat penjualan senpi pasar gelap lainnya.
Harga senjata api rakitan para pelaku diperkirakan Rp5 juta per pucuk.
Selain enam pucuk pistol rakitan, petugas juga menyita barang bukti lain dari kelompok di Tuban ini.
Yakni, peta Jateng, Jatim dan Jabar; 5 sangkur, 5 trlepon genggam/ hp merk Nokia 5 buah, 3 buku gambaran umum pendidikan militer, 42 butir amunisi kaliber 9 mm, 4 butir amunisi kaliber 38 mm, sekotak peluru, 4 helm, 2 handy talkie, 1 keping CD, sejumlah jaket, masker, rompi, sarung tangan, ransel, tas jinjing, serta mobil Daihatsu Terios warna putih berplat nomor asal Semarang, H 9037 BZ.
Diberitakan, enam terduga teroris tewas dalam baku tembak dengan tim kepolisian di Tuban pada Sabtu petang, 8 April 2017.
Mereka dikejar petugas karena sebelumnya menembaki dua petugas polantas Polres Tuban yang tengah berjaga di sebuah pos lantas.
Kepolisian melansir, keenam terduga teroris itu merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah Indonesia (JAD) yang telah berafiliasi dengan kelompok radikal internasional ISIS.
Mereka menyerang polisi atas perintah pimpinan JAD Nusantara, Zainal Anshori.
Zainal Anshori sendiri telah ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri di Lamongan, Jatim, pada sehari sebelumnya, atau Jumat, 7 April 2017.
Dalam catatan polisi, Zainal Anshori bersama Zaenal Hasan dan Nurul Hakim pernah bertransaksi mengambil lima pucuk pistol di Sangihe Talaud, Sulawesi Utara, pada Desember 2015.
Sebelumnya, senjata pabrikan tersebut dibeli Suryadi Ma'sud alias Abu Ridho dari kelompok teroris di Filipina Selatan pimpinan Hapilon Isnilon.
Pengambilan senjata api itu atas dasar perintah anak buah Aman Abdurrahman, Rois.
Zainal Anshori menyerahkan dua dari lima pistol itu ke kelompok Bom Thamrin, Afif cs.
Tiga pistol sisanya diduga masih berada di kelompok Zainal Anshori.