Laporan wartawan Tribunnews.com, Adiatmaputra Fajar Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina digandeng anak perusahaan Kalla Grup yakni PT Bumi Sarana Migas (BSM) untuk membangun proyek LNG Receiving Terminal.
Kapasitas gas yang dihasilkan mencapai 500 million standard cubic feet per day (mmscfd), setara 4 juta ton LNG di Bojonegara, Banten.
Wakil Ketua Komisi VI Inas Nasrullah Zubir menilai proyek LNG Receiving Terminal ini sangat menyengat bau busuk kongkalikong kekuasaan.
Alasannya, Inas melihat proyek dibangun oleh konsorsium yang terdiri dari Kalla Grup (BSM), Mitsui, dan Tokyo Gas dengan pendanaan dari JBIC (Japan Bank for International Cooperation),
"Pertamina akan menjadi sapi perahan BSM tersebut karena akan menjadi satu-satunya off taker LNG Receiving Terminal dengan skema take or pay yang ditentukan secara sepihak oleh BSM yang notabene milik keluarga Jusuf Kalla," ujar Inas, Kamis (18/5/2017).
Selain itu, Inas juga menyebut kehadiran mantan Direktur Utama PT Pertamina Ari Soemarno dalam proyek LNG tersebut.
"Selain itu juga ditengarai ada keterlibatan Ari Soemarno (kakak kandung Rini Soemarno) dalam proyek raksasa ini," kata Inas.
Padahal Pertamina, kata Inas sudah sering bekerjasama dengan JBIC dalam hal pendanaan sebelumnya, serta partner bisnis bagi Mitsui dan Tokyo Gas.
Sedangkan BSM perusahaan yang didirikan 9 tahun lalu tersebut belum pernah membangun sarana migas apapun di Indonesia.
"Artinya bahwa BSM tidak pernah diperhitungkan oleh Mitsui, Tokyo Gas maupun JBIC, bahkan bisa jadi BSM hanya bermodalkan dengkul saja," ungkap Inas.
Inas tidak ingin kejadian sewa tangki BBM era Karen Agustiawan di PT Orbit Terminal Merak milik M Riza Chalid yang merugikan Pertamina jutaan dollar terulang kembali.
"Kasusnya tersendat di KPK," ucap Inas
Karena itu, komisi 6 akan segera membentuk panja Pertamina.
Satu agendanya adalah membedah kerjasama LNG Receiving Terminal Bojonegara yang ditengarai akan sangat merugikan Pertamina.
Untuk diketahui proyek yang HoA-nya telah telah ditandatangani 14 April 2015 ini akan menghabiskan biaya investasi sebesar Rp 10 triliun.
LNG Receiving Terminal ini akan rampung pada tahun 2019 dan akan menampung LNG dari Bontang dan LNG impor dari Cheniere Corpus Christi, Amerika Serikat sebanyak 1,5 juta ton mulai 2019 selama 20 tahun.
Hingga berita ini diturunkan tribun belum mendapatkan tanggapan dari pihak keluarga Jusuf Kalla.