TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah menonton siaran langsung konferensi pers Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Eko Putro Sandjojo, langsung turun terburu-buru ke ruang pers yang berada tepat di lantai satu Kementerian yang dipimpinnya.
Tanpa mengumbar senyum, Eko langsung membuka konferensi pers yang dimulai menjelang waktu berbuka puasa tersebut.
Pada kesempatan itu, Eko menjelaskan mengenai tertangkapnya dua pejabat dalam OTT KPK, Sugito (SUG), Irjen Kemendes, dan Jarot Budi Prabowo (JBP), Eselon III Kemendes.
"Dalam OTT telah ditetapkan Irjen Kementerian Desa sebagai tersangka. Saya sangat prihatin mendengar kejadian itu karena di kementerian saya pemberantasan korupsi sangat ditegakkan," ujar Eko membuka konferensi pers di ruang media Kemendes, Kalibata, Jakarta Selatan, Sabtu (27/5/2017) petang.
Eko mengaku sangat terkejut dengan kasus korupsi yang menjerat kementeriannya. Pasalnya, Eko mengklaim selalu menjaga kredibilitas kementeriannya dengan menggandeng KPK dan BPK dalam proses pengawasan.
Mengenai sosok Irjen kementeriannya yang terciduk dalam operasi tangkap tangan, menteri yang sejak 27 Juli 2016 menggantikan Marwan Jafar ini mengaku tidak menyangka Sugito bisa terjerat.
Selama ini Eko melihat sosok Sugito orang yang berintegritas tinggi.
Sugito adalah orang yang mempunyai ide membentuk Satuan petugas (Satgas) Saber Pungli, dan menjadi motor perubahan birokrasi di lingkungan Kemendes.
"Hati kecil saya tidak percaya Pak Irjen kena kejadian ini. Dia eselon I yang cukup baik, dan dia banyak musuh tapi kita ikuti proses hukum yang berlaku," tutur Eko.
Bahkan Eko mengungkapkan bahwa Sugito adalah sosok yang sangat sederhana. Meski berstatus sebagai pejabat eselon 1, namun Sugito hanya memiliki rumah di sebuah gang kecil.
"Rumahnya kecil dalam satu gang. Makanya saya kurang percaya orang yang vokal seperti beliau terhadap korupsi bisa terjebak dalam hal ini," jelas Eko.
Baca: Menteri Desa Kaget Ketua Saber Pungli di Kemendes Jadi Tersangka
Untuk menguatkan hati Sugito, Eko berencana untuk meminta istrinya dan ibu-ibu Dharma Wanita ke rumah Sugito. Hal ini dilakukan untuk memberikan semangat bagi keluarga Sugito.
Meski tidak percaya, namun dia menyerahkan kepada KPK untuk mengaudit seluruh kementeriannya meski tanpa pemberitahuan.