"Menggunakan nomor pribadi, seorang pria di ujung sana berkata bahwa, 'kami tidak hanya bisa membunuh akunmu. Tapi kami juga bisa membunuh pemiliknya'," kisah Afi mengenai adanya ancaman pembunuhan terhadapnya.
"Apakah Anda saat itu takut?" tanya Rosi.
Afi pun menjawab. "Membunuh orang itu tidak semudah itu. Tidak semudah itu," jawabnya.
"I am not afraid (saya tidak takut-red). Di belakang saya ada Banser, ada GP Ansor NU dari pusat Jakarta itu mengutus GP Ansor dari Banyuwangi untuk melindungi saya."
"Dan yang paling dekat, kita dilindungi oleh Tuhan, benar," tambahnya.
Berikut tulisan lengkap Afi yang ia tuangkan di akun Facebook pribadinya tersebut.
WARISAN
Ditulis oleh Afi Nihaya Faradisa
Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.
Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan.
Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.
Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.
Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita.
Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri.
Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar.
Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.