TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA -- Munculnya nama Yoki Pratama Windyaryo (21), dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Kepolisian Filipina membuat keluarganya di Banjarnegara, Jawa Tengah, terkejut.
Yoki adalah satu di antara tujuh WNI yang tengah dicari polisi Filipina karena diduga bergabung dengan kelompok militan pro-ISIS di Marawi, Filipina.
Perasaan Eni, ibunda Yoki campur aduk. Di satu sisi, ia sedikit lega lantaran ada titik terang terkait keberadaan putranya.
Keluarga memang tengah mencari Yoki yang selama tiga bulan terakhir ini, sejak Februari 2017, tidak jelas keberadaannya.
Yoki adalah alumnus Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Tangerang yang lulus pada 8 September 2016.
Pada Desember 2016, Yoki diterima bekerja di PT GMF AeroAsia, anak perusahaan PT Garuda Indonesia, yang bergerak di bidang pemeliharaan dan Perbaikan Organisasi (MRO) bisnis.
Baru dua bulan bergabung di perusahaan penerbangan tersebut, Yoki hilang secara misterius sejak akhir Februari 2017.
"Sejak saat itu, kami hilang kontak dengannya. Bahkan dia keluar dari grup Whatsapp keluarga. Teman-temannya juga ikut mencari," katanya, Kamis (1/6).
Sejak putus komunikasi, keluarga berusaha mencari hingga meminta bantuan polisi untuk menelusuri keberadaan Yoki.
Lama tidak ada kabar, belakangan, nama Yoki mendadak muncul di pemberitaan dengan kabar tak mengenakkan bagi keluarga.
Eni tentu saja tak percaya putranya dikaitkan dengan kelompok militan pro-ISIS di Filipina.
Sebagai ibu yang melahirkan, Eni merasa paling tahu tentang anaknya. Ia menilai, putranya cerdas dan berperangai baik. Yoki tidak pernah keluyuran dan terlibat pergaulan bebas.
Karena itu, ia meminta masyarakat tidak gampang menuduh anaknya terlibat aksi teror.
"Kami hanya berharap, pemerintah Indonesia bisa membawa pulang anak saya," katanya.