TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi teror di Indonesia masih terus terjadi. Ya, saat umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri, Minggu (25/6/2017) terjadi aksi penyerangan terhadap anggota Polri di pos jaga Mapolda Sumatera Utara.
Dari serangan membabi buta itu, satu anggota Polri Aiptu Martua Ginting tewas. Sedangkan dua orang yang diduga pelaku tewas dan satu orang dalam kondisi kritis akibat tertembak.
Kendati pelaku penyerangan menggunakan pisau, namun aksi tersebut tetap disebut teror. Dan, sejumlah kalangan mengutuk keras aksi itu karena pelaku teridentifikasi sebagai kelompok teroris.
Di antaranya Rais Aam PBNU KH Maruf Amin yang mengutuk keras aksi teror itu. Menurut Kiai Ma'ruf aksi menyerang anggota Polri tidak dapat dikategorikan sebagai jihad.
"Tidak bisa aksi teror itu disebut jihad. Dan, jihad bukan dengan terorisme," tutur Kiai Maruf Amin dalam pernyataan persnya.
Senada dengan Kiai Ma'ruf, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Hery Haryanto Azumi menegaskan, kalangan teroris telah membajak makna jihad. Ironisnya, teror yang dilakukan untuk tujuan politik.
"Gerakan kaum teroris ini sudah melenceng. Mereka membajak makna jihad yang sesungguhnya," kata Hery.
Lebih lanjut Hery yang juga Sekjend Pengurus Pusat Majelis Dzikir Hubbul Wathan menegaskan, mendukung aparat penegak hukum untuk jaringan teroris demi terwujudnya Indonesia yang aman dan damai.
Hery juga mengajak segenap elemen masyarakat Indonesia untuk menjaga NKRI sebagai nikmat Tuhan yang harus disyukuri dan dipertahankan.
"Mempertahankan NKRI adalah jihad sebagaimana dilakukan oleh Hadrotus Syaikh KH Hasyim Asyari melalui Resolusi Jihad," tutur mantan Ketum PB PMII ini.
Untuk mencegah aksi teror yang belakangan berganti dengan proxy war, kata Hery, umat Islam dan segenap elemen bangsa harus memperkokoh persatuan dan solidaritas. Artinya, segenap bangsa Indonesia harus satu kata, apapun bentuk teror tidak bisa dibenarkan.
Selain itu, penanganan ideologi teroris harus dilakukan dari hulu sampai hilir, "Di hulu, pemerintah harus bekerja sama dengan pesantren dan madrasah," jelasnya.