TRIBUNNEWS.COM, BRKASI - Seperti diberitakan sebelumnya, terdapat lima nama Mulyadi di alamat yang tertera di KTP pelaku penusukan dua anggota Brimob.
Alamat tersebut yakni Desa Pagaulan RT 012/RW 005, Kelurahan Suka, Resmi, Cikarang Selatan, Bekasi. Satu per satu nama itu ditelurusi polisi.
Satu di antaranya, Mulyadi yang berprofesi sebagai petani. Ia juga pemilik empat di desa tersebut.
Saat bertemu anggota Polsek Cikarang dan disusul penyidik Densus 88, Mulyadi beraktivitas seperti biasa. Saat itu, Mulyadi ditemani ayahnya yang berusia hampir 80 tahun.
Meski tak menyangka berurusan dengan kepolisian hanya karena namanya sama dengan pelaku penusukan, Mulyadi kooperatif. Ia bahkan menemui petugas yang sudah menunggu di pos.
Mulyadi sudah mengetahui berita penusukan termasuk soal namanya yang sama dengan terduga pelaku. Makanya, ia santai menghadapi pemeriksaan.
Namun, ayahanda Mulyadi tidak demikian. Ia kaget dan merasa tegang saat melihat anaknya ditemui polisi. Ia gemetar saat ditanyai soal nama anaknya tersebut. Bahkan, nyaris pingsan.
"Kalau saya sih santai saat ditanya polisi karena kan sudah tahu peristiwanya. Kalau ayah saya kaget, dia kan tidak tahu, apalagi sudah tua," ucap Mulyadi.
Mulyadi menceritakan ketika dibawa polisi untuk diperiksa, kemudian dilepaskan. Seluruh obrolan itu berjalan santai dan penuh canda di samping pemancingan.
"Teman-teman saya, saudara, bahkan teman yang di Palembang dan Lampung tanya soal Mulyadi. Saya jadi tenar sekarang, tapi saya sudah jelaskan semua itu cuma sama nama. Saya juga kooperatif dengan polisi," ujarnya.
Ditanya apakah karena namanya sama dengan Mulyadi terduga pelaku penusukan anggota Brimob, lalu akankan Mulyadi mengganti nama? Pria ini langsung tertawa.
"Enggaklah, masa ganti nama. Nanti urusnya sudah lagi, pakai bubur merah putih," tambahnya.