Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri kembali mengingat masa larangan embargo yang diterapkan Amerika Serikat terhadap Indonesia dalam kurun waktu 1995-2005.
Kebijakan embargo itu sempat menimpa putri Presiden Soekarno itu saat menjadi presiden menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid yang lengser.
Megawati bercerita bagaimana karut marutnya kondisi pemerintahan Indonesia saat dirinya menjabat sebagai presiden.
"Saat dipercaya sebagai presiden ancaman disintegrasi ada di depan mata, embargo dari Amerika Serikat, lalu ada pula ancaman multi-dimensional yang menguras konsentrasi saya. Termasuk kasus kredit macet di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mencapai angka 300 ribu kasus," jelasnya.
Hal itu disampaikan saat memberi pembekalan kepada 437 calon perwira TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (21/7/2017).
Megawati mengatakan di tengah kondisi yang kacau itu dirinya tetap memprioritaskan penguatan persenjataan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Megawati berhasil menghadirkan pesawat tempur Sukhoi SU-27 dan SU-30, helikopter MI-35, kapal tempur Korvet Sigma Class III dan IV serta retrofit kapal tempur angkata laut.
Dibalik kesuksesannya menghadirkan berbagai alat utama sistem pertahanan (Alutsista) tersebut, Megawati menyebut ada proses lobi yang panjang di dalamnya.
"Usai bertemu duta besar Amerika Serikat dan Inggris soal embargo saya kemudian bertemu dengan dubes Rusia dan saya katakan ingin bertemu Presiden Vladimir Putin. Dan ternyata mereka menyanggupi."
"Tapi dubes AS dan Inggris katakan tidak bisa, mereka berikan syarat keluarkan kapal kami yang sedang direparasi di Korea Selatan baru mereka bisa jual ke kita. Akhirnya saya tetap bertemu Putin di Rusia," terang Megawati.
Megawati mengaku pusing saat ditawari banyak alutsista canggih buatan Rusia saat itu.
"Pusing saya ditawari banyak pesawat saat itu, istilah-istilah militer itu saya juga tidak mengerti. Saya juga minta dibuatkan kamus-kamus istilah supaya mengerti saat mereka presentasi," ujarnya disambut gelak tawa peserta.
Selain dengan membeli pesawat buatan Rusia yang notabene merupakan saingan Amerika Serikat, Indonesia juga mengakali embargo saat itu dengan mempercayakan produk persenjataan dalam negeri buatan PT Pindad.
Megawati tak mempermasalahkan bagaimana kualitas senjata dalam negeri.
"Saya dapat laporan senjata buatan Pindad dibuat nembak tiga kali sudah bengkok. Saya katakan tidak apa-apa daripada tidak bisa sama sekali," tegasnya diikuti tepuk tangan meriah.