TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan Pemerintah Israel menutup akses buat warga Palestina masuk ke Masjid Al Aqsa menuai kecaman dari publik internasional.
Termasuk dari Indonesia, protes atas kebijakan pemerintah Israel belum berhenti bahkan semakin kencang.
Akan tetapi, mayoritas berharap konflik dua negara ini segera diakhiri dengan cara bijaksana.
Salah satunya, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Hery Haryanto Azumi yang mendesak konflik di Masjid Al Aqsa diselesaikan dengan cara persuasif.
Menurut Hery yang juga Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon, konflik di Jerusalem sudah berlangsung ribuan tahun.
Upaya untukk mewujudkan perdamaian pun telah dilakukan oleh banyak pihak dari generasi ke generasi. Namun sayang, perdamaian abadi di kota tertua di Jerusalem itu sulit diwujudkan.
"Karena ada kepentingan besar yang berusaha mempertahankan agar konflik tersebut terpelihara," tandas Hery dalam keterangan tertulis, Senin (24/7/2017).
Lebih lanjut mantan Ketua Umum PB PMII ini mengatakan, konflik memperebutkan klaim atas Jerusalem harus diselesaikan dengan mengedepankan dialog yang melibatkan berbagai kalangan.
"Ini mengingat Al-Aqsa adalah tempat suci, tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga Yahudi dan Nasrani. Makanya, cara menyelesaikannya hindari cara militer," ujar pria asal Trenggalek, Jawa Timur ini.
Terkait kalangan yang dilibatkan dalam dialog, kata Hery, bisa melibatkan kelompok moderat lintas agama yang gandrung perdamaian.
Kaum moderat lintas agama diakui Hery Haryanto Azumi harus bersatu untuk mewujudkan perdamaian.
"Kami percaya Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Jokowi memiliki moral standing untuk menyerukan dialog internasional kaum moderat lintas agama. Para tokoh kelompok moderat lintas agama sedunia nanti berkewajiban menyerukan perdamaian pada skala global. Tentu dengan mengajak pihak-pihak terkait utk menahan diri dari penggunaan kekerasan dan senjata dalam menyelesaikan perbedaan dan permasalahan yang terjadi," paparnya.