TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah koleksi lukisan Istana Kepresidenan dipamerkan pada Pameran Senandung Ibu Pertiwi di Galeri Nasional. Namun, terdapat cerita bagaimana lukisan tersebut sebelum dipamerkan.
Beberapa lukisan koleksi istana umurnya sudah setengah abad lebih dan kondisinya kotor debu, varnis yang sudah menguning, cat yang sudah rapuh dan kering, bahkan sebagian terkelupas ini perlu perawatan serius.
Salah satu lukisan yang dipoles alias dikonservasi yaitu lukisan karya Basoeki Abdullah yang berjudul Pulau Flores. Lukisan tersebut telah dikoleksi Presiden Soekarno sejak tahun 1942.
Baca: Lukisan Nyai Roro Kidul Jadi Magnet Pameran Koleksi Istana Kepresidenan
Tribunnews.com mendapatkan informasi dari Deputi Protokol, Pers dan Media Bey Machmudin mengenai konservasi lukisan yang dilakukan pada 4 Agustus 2017 kemarin.
Bey menjelaskan, pengertian konservasi dalam karya seni lukis yaitu upaya untuk melestarikan dan merawat suatu karya agar dapat bertahan lama dan dapat dinikmati di masa yang akan datang.
Selain merawat atau menjaga karya sebelum terjadi kerusakan (konservasi preventif), tindakan konservasi juga dilakukan terhadap koleksi yang rusak karena faktor usia dan iklim (konservasi kuratif-restoratif).
“Oleh karena itu, dalam melakukan proses konservasi diperlukan tenaga konservasi (konservator) handal, yang memahami metode, proses dan penggunaan alat konservasi yang benar, agar karya yang ditangani dapat kembali seperti sediakala dan tetap lestari,” ucap Bey sesuai keterangannya, Minggu (6/8/2017).
Pekerjaan konservasi lukisan dilakukan kepada lukisan yang memiliki tingkat kerusakan hampir 70 persen dan ini memerlukan waktu sekitar dua minggu, sehingga kondisi kembali seperti semula.
Proses konservasi dilakukan meliputi light cleaning (pembersihan ringan dengan kuas dan vacuum), chemical cleaning (pembersihan dengan bahan pelarut yang aman), framing/ reframing (bongkar/ pasang spanram), restretching (mengencangkan kanvas yang kendor), inpainting (tusir warna), repainting (melukis ulang dengan mempertimbangkan bentuk-tekstur-warna), retouching (memantaskan tampilan), varnishing (varnis), stripping (mengangkat overpaint/ cat yang tidak sesuai), sampai dengan consolidation (penguatan cat rapuh).
Bahan kimia yang digunakan diantaranya methyl ethyl ketone (MEK) sebagai bahan pelarut, emulsi yang mengandung 2-butanone oxime dan oil modified alkyd resin sebagai konsolidan cat rapuh dan kaku.
Bey Menjelaskan alasan bahwa lukisan yang bernilai Rp1.572.500.000 tersebut untuk mengingatkan Indonesia bagian Timur memiliki keindahan alam yang tiada duanya.
“Ini mengingatkan bahwa Indonesia Timur merupakan wilayah Indonesia dengan keindahan alamnya, sejauh mata memandang lukisan tersebut mampu membangkitkan kecintaan kita pada Republik Indonesia, rasa cinta tanah air,” ucap Bey.