TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengusaha Johanes Marliem kabarnya tewas tertembak di Amerika Serikat.
Informasinya, saksi kunci kasus korupsi e-KTP itu meninggal karena tewas bunuh diri.
Lalu siapa sebenarnya Johanes?
Dikutip dari Tempo, Johanes adalah seorang pengusaha.
Dia menjabat Direktur Biomorf Lone LLC Amerika Serikat.
Perusahaan penyedia layanan teknologi biometric itu disebut 25 kali oleh Jaksa KPK saat tuntutan untuk terdakwa Irman dan Sugiharto, dalam kasus korupsi e-KTP.
Kabarnya Johanes punya rekaman sebagai bukti keterlibatan Ketua DPR RI Setya Novanto di proyek e-KTP.
Bahkan rekaman percakapan itu mencapai ukuran 500 gigabyte.
Baca: BREAKING NEWS: Saksi Kunci Kasus Korupsi e-KTP Dikabarkan Tewas Tertembak
Rekaman inilah yang nantinya disebut-sebut bisa menjadi bukti kuat dalam persidangan kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara sebesar Rp 2,3 triliun itu.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Mulfachri Harahap saat diwawancarai media beberapa waktu lalu menilai Johanes Marliem tidak punya wewenang untuk menyadap percakapan Novanto.
Karena itu Mulfachri peringatkan aparat penegak hukum dalam memproses bukti suara tersebut.
"Butuh proses yang panjang validasi dan seterusnya paling tidak untuk proses awal. Dia tidak punya kewenangan apa yang ada di dia sekarang," ujar Mulfachri Harahap di gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Kamis (20/7/2017) lalu.
Mulfachri meminta aparat hukum juga berhati-hati terhadap informasi yang diberikan dari Johanes Marliem.
Hal ini mengingat keterlibatan Johanes juga sebagai peserta vendor e-KTP.
"Kita tidak bisa menelan mentah-mentah apa yang disampaikan Johanes Marlin. Kita tahu Johanes Marlin yang juga ikut berpartisipasi dalam vendor dan dia kalah," ungkap Mulfachri
Politisi PAN ini juga mengimbau agar KPK yang rencananya akan menyambangi Johanes Marliem ke Amerika Serikat agar waspada.
Karena Johanes tidak punya kepentingan menyimpan bukti rekaman tersebut.
"Paling tidak aparat berkepentingan apa yang dimiliki Johanes Marlin mengambil hati-hati dalam hasil rekaman itu," kata Mulfachri.