Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Sampai Patung Kongco Kwan Sing Tee Koen di Klenteng Kwan Sing Bio, Tuban, Jawa Timur, dikatikan dengan pemerintahan Tiongkok serta kepahlawanan nasional, Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Uung Sendana menyayangkan hal tersebut.
Saat dihubungi Tribunnews.com, ia menegaskan bahwa pendirian patung tersebut adalah murni agama. Oleh karena itu menurutnya tidak tepat jika tokoh tersebut dikait-kaitkan dengan hal-hal lain.
Termasuk menganggap patung itu melecehkan kedaulatan kelompok tertentu, dan membandingkan patung tersebut dengan patung Jendral Sudriman.
"Menurut saya ini jangan dipolitisir, ini murni agama. Artinya penghormatan terhadap Kwan Kong, tidak ada kaitannya dengan poltiik, apalagi pahalawan nasional," ujarnya.
Kongco Kwan Sing Tee Koen atau Kwan Kong sejatinya adalah jendral bernama Guan Yu, yang hidup di sekitar abad pertama masehi di Tiongkok.
Karena kesetiannya terhadap sang atasan, ia kemudian disucikan oleh masyarakat Konghucu.
Uung Sedana berharap semua pihak termasuk pemerintah bisa membantu, agar umat Konghucu di Tuban bisa terus beribadah.
Ia khawatir jika jamaah Konghucu di Tuban bisa dikalahkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang tidak mewakili aspirasi mayoritas bangsa Indonesia, kelompok minoritas lain di Indonesia juga akan mengalami nasib yang sama.
"Kalau kita mengikuti tekanan seperti ini terus, ini akan semakin menguat ya, karena mereka merasa dapat angin, ini mussti kita cegah, negara kita kan majemuk," ujarnya.
"Kita beruntung ada Pancasila, artinya justru kalau kita selalu mengikuti tekanan-tekanan, alasan-alasan dibuat-buat, ya tidak ada hubungannya, bahaya. Ini bisa terjadi di mana-mana," katanya.