TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Krishna Mukti artis sekaligus anggota komisi X DPR RI, beranggapan kebijakan full day school belum cocok dilakukan di Indonesia.
"Nah di Indonesia dari zaman dahulu, anak sekolah terutama di perkampungan atau di kota kecil itu, selalu pulang sekolah pasti ada kegiatan. Yang muslim ya pasti mengaji dan kegiatan religi lainnya," kata Krishna Mukti di gedung DPR Jakarta, Rabu (16/8/2017).
Menurut politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa ini, full day school hingga sore akan menyita waktu anak beristirahat hingga membantu orang.
"Jangan lupa anak-anak itu juga harus punya waktu bersosialisasi di lingkungannya, ada waktu bermain tapi mereka (anak-anak) dipaksa hingga sore hari. Justru malah mereka tidak sanggup," tambahnya.
Baca: Temui Mendikbud, Yenny Wahid Diskusi Soal Simpang Siur Istilah Full Day School
Pro kontra kebijakan full day masih berlanjut.
Sebelumnya, PBNU menolak tegas dan keras Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 dengan alasan paling dominan, akan mematikan keberadaan Madrasah Diniyah (Madin).
Saat jam sekolah yang dipadatkan menjadi 8 jam sehari, maka akan mematikan Madrasah Diniyah (Madin) atau sekolah keagamaan pada sore hari.
Madrasah Diniyah merupakan kegiatan yang berisi pembelajaran tentang tafsir Al-Qur'an, fikih, Bahasa Arab baik gramatikal dan sastra, hingga pembelajaran akhlak.