"Sinarmas sendiri membantu memberikan pelatihan, membantu permodalan, serta membantu di bidang pemasaran," ujar pria yang megikuti program binaan DMPA di Desa Pinang Sebatang Barat, Siak, Riau.
Ia mengklaim jika petani binaan Sinarmas tidak takut untuk memasarkan hasil lahan dan pertaniannya.
"Tidak takut. Karena kita bisa memasarkan ke rumah-rumah karyawan bahkan ke dalam lokasi pabrik. Jadi pertanian dibina perusahaan tidak akan takut akan pemasaran. Sangat-sangat terbantu dengan Sinarmas ini," katanya.
Sekarang, Suryono mampu mempekerjakan 6 orang di lahannya seluas 6 hektare.
Tidak hanya dirinya yang merasakan hasil dari binaan program DMPA itu, namun juga kelompok-kelompok yang ada di desanya.
Suryono juga mengaku semakin maju dan berkembang setelah mengikuti program ini.
Ia mengaku bingung soal pemasaran dan permodalan pada awalnya.
Namun, karena kedua hal itu sudah dibantu, ia tinggal membukukan diri bagaimana meningkatkan produksi kualitas dan kuantitas.
"Saya semakin maju dan berkembang karena sejak dibantu pemasaran, saya jadi tahu barang mana yang berkualitas, yang bisa laku di pasaran," ujarnya kepada Tribunnews.com.
Selain itu, Suryono mengaku sekarang mengetahui kalender musim kapan dan apa yang digemari serta digemari oleh masyarakat pada waktu-waktu tertentu.
Diberitakan, Suryono merupakan pria kelahiran Medan yang meraih penghargaan Ikon Prestasi Indonesia lantaran menjadi contoh petani yang berkontribusi aktif dalam usaha memitigasi perubahan iklim dengan cara bertani holtikultura.
Selain itu ia juga memberikan informasi jika terjadi titik api, dan turut menjaga lingkungan serta mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan.
Suryono juga merupakan satu-satunya petani yang menjadi pembicara di KTT PBB Perubahan Iklim (COP-22) di Marrakesh, Maroko, pada 7-18 November 2016.
Ia diundang menjadi salah satu pembicara dalam sebuah sesi dengan topik "Putting People at the Centre-Climate Friendly Forest Based Livelihood", di Paviliun Indonesia, Bab Ighli Marrakesh, Maroko.