TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo memberi pendapatnya soal kemungkinan masuknya paham radikalisme ke ranah pendidikan.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) itu menuturkan komisi pendidikan Katolik sudah lama mengendus potensi tersebut.
"Semua orang sedang membicarakan bibit radikalisme di sekolah-sekolah dan kami sudah mengendusnya sejak tahun 2000-an lalu," katanya saat ditemui di Kantor KWI, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (25/8/2017).
Suharyo mengatakan komisi pendidikan Katolik memiliki program tersendiri untuk mencegah masuknya radikalisme.
Baca: Rektor Se-Indonesia Akan Lakukan Aksi Kebangsaan
Yang pertama adalah apa yang dinamakan sebagai pendidikan religiusitas.
"Jadi bukan pendidikan agama namanya, program itu misalnya memberi tugas kepada setiap anak dengan latar belakang agama berbeda di satu kelas untuk mencari maksud dari keadilan. Mereka bisa menanyakan ke keluarga dan orang tua untuk kemudian disampaikan di depan kelas sehingga suasana menjadi cair," ujarnya.
Menurutnya hal itu juga sebagai pendidikan karakter di mana anak bisa berkomunikasi secara baik.
"Kami juga mengadakan kegiatan 'live in' seperti ini misalnya, seorang pemuda muslim dari Sorong, Papua menginap untuk mengikuti 'live in' di Jakarta, begitu juga sebaliknya. Itu mencairkan suasana, meniadakan sekat yang ada, program itu kami namakan Gerakan Sabang Merauke," katanya.