TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gubernur Nusa Tenggara Barat, DR TGH Zainul Madji menyatakan, kearifan lokal dalam konteks kehidupan bermasyarakat erat kaitannya dengan dengan cara pandang tentang kerukunan, kepatutan dan keselarasan menjalani kehidupan bersama,
“Untuk itu diperlukan tolok ukur, cara pandang untuk bisa memahami batasan tentang hal-hal yang bisa dipandang baik atau buruk, benar atau salah, beradab atau tidak beradab,” kata Zainul saat menjadi narasumber pada Forum Group Discussion seri 4 dan Simposium Nasional yang diselenggarakan oleh Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) di Jakarta belum lama ini
Tentang kearifan lokal, menurut dia terdapat tiga terminologi yang sangat mendasar, yaitu “kebijaksanaan (wisdom), pengetahuan (knowledge) dan kecerdasan (genious) yang dijadikan pedoman bersama.
Baca: Indeks Pembangunan Manusianya Rendah, Ini Catatan Penting Pemda Nusa Tenggara Barat
Juga mengandung tiga asas yang implementatif, yakni asas rukun, patut, dan laras.
Asas Rukun adalah suatu pedoman yang diterapkan dalam menyelesaikan segala persoalan adat.
Asas Patut, ia menjelaskan di dalamnya mengandung nilai-nilai etika dan tatakrama yang menjadi kesepakatan kolektif.
“Sementara asas laras, mengandung makna keselarasan sikap dan perilaku setiap individu dalam menjalani kehidupan bermasyarakat agar dapat diterima semua pihak,” katanya.
Nilai-nilai luhur budaya lokal inilah yang kemudian mengkristal menjadi nilai-nilai Pancasila yang mengilhami pemikiran para pendiri bangsa (founding fathers) dalam merumuskan suatu konsensus nasional yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.