Untuk masalah kaus tersebut, Gusti mengaku belum sampai menanyai karena anak-anak remaja itu semuanya menangis dan merasa terpojok.
Ia pun mengatakan, baju ada yang dikoyak dan ada juga disimpan.
"Jangan sampai merusak mental mereka bagaimana-bagaimana. Saya akan selalu mengawasi anak saya dengan adanya kejadian ini, saya tidak mau kecolongan lagi, akan dilihat bagaiman perkembangannya, berteman dan lainnya, akan saya awasi terus. Takut akan memperburuk masa depan mereka, bimbingan juga akan diberikan. Dan akan perbanyak ekstrarikuler mereka yang baik-baik," ujarnya.
4. Pengakuan mengejutkan salah satu pengguna kaus
Seorang anak yang menggunakan kaus tersebut, sebut saja Bunga, mengaku bahwa dirinya tidak tahu makna baju dan tulisan tersebut.
"Kami dapat baju itu, kami buat sablon, awalnya kami gak tau arti Ikeh itu, dan kami dapat gambar itu dari saran orang sablon. Memang sih kami yang minta karena ingin beda dari yang lainlah ya, nama juga anak-anak ingin keren sendiri terlihat beda bajunya," tuturnya, Senin (25/09/2017) malam.
"Kalau dibilang makna tidak tahu, tapi kalau gambar itu pasti semua orang taulah," terangnya melansir kembali dari Tribun Pekanbaru.
Perihal gambar, Bunga menjelaskan bahwa awalnya itu adalah asli gambar orang dalam bentuk animasi.
"Kalau gambar ya tahu, tapi maksudnya tidak taulah, harganya Rp. 60 ribu perbaju, Kami tidak langsung buatnya, tapi satu-satu di daerah Kota Baru," katanya.
Ia juga mengaku bahwa menggunakan kaus tersebut langsung dairi rumah tanpa didobeli dengan jaket.
"Ada anggota pun acuh tak acuh jak. Kan ada pak polisi jaga pagi-pagi di CFD. Saat itu berempat yang menggunakan," katanya.
Bunga pun mengaku juga bahwa dirinya menyesal dan malu akibat kejadian tersebut.
"Menyesal ya pasti menyesal malu juga. Kasian juga dengan orangtua sendiri, tapi bagaimanalah terlanjur dan bubur dah jadi nasi bisa minta maaf jak," ujarnya.
Ia mengatakan, saat viral, temannya ada koyakkan bajunya di rumah, karena takut.