"Anak ini tulus sekali. Ketemu gurunya seperti ketemu orangtuanya yang lama tidak pernah bertemu. Jadi dirangkul satu-satu, ada yang dipijitin, macem-macem, pokoknya seneng sekali," ucapnya.
"Saya terharu melihat itu, kebetulan saya tidak mengajar dia, tapi kan saya kepala sekolah. Jarang saya melihat orang seperti itu," tambah dia.
Fredy tidak ikut dalam perjalanan ke Malaysia dan Singapura.
Dia hanya mengantarkan para gurunya sampai Bandara Soekarno Hatta saja.
Namun, ia sudah menunjuk biro perjalanan untuk memandu para guru menikmati liburannya.
"Sebelum berangkat Fredy sempat berpesan ke biro perjalanan. Jangan sampai ada sedikit pun keluhan dari guru saya. Layani maksimal," ujar Sulikin menirukan ucapan Fredy.
Seluruh biaya perjalanan mulai dari transportasi, hotel, uang saku hingga biaya pembuatan paspor semuanya ditanggung oleh Fredy.
Bahkan Fredy menyiapkan pendamping dengan kursi roda hingga dokter untuk mendampingi para guru yang sudah sepuh.
Para guru menikmati objek wisata di negeri tetangga selama lima hari dan baru kembali pada 24 September kemarin.
"Semuanya fasilitas kelas satu. Ini perjalanan yang paling berkesan sepanjang hidup saya," ucap Sulikin.
Setahu Sulikin, Fredy kini adalah pengusaha kabel fiber optik.
Ia memang sudah bernazar sejak SMA untuk mengajak guru-gurunya jalan-jalan ke luar negeri.
Fredy bercerita ke Sulikin bahwa dia pernah mengalami kecelakaan yang cukup parah di bangku SMA.
Dalam keadaan koma itu, Fredy bermimpi dijenguk oleh para gurunya di bangku SD, SMP dan SMA.