Laporan wartawan Tribunnews.com, Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, CILEGON - Pertunjukan sosio drama teatrikal dalam perayaan Hari Ulang Tahun Ke-72 TNI di Pelabuhan Kiat Indah, Kota Cilegon, Banten, Kamis (5/10/2017) menyedot perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jokowi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, KSAD Jenderal Mulyono, KSAL Laksamana Ade Supandi, dan KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto nampak serius menyimak jalannya drama tersenbut.
Bahkan, Jokowi sempat berdiri ketika pemeran utama menghadap ke arahnya.
Baca: Kepala BNN dan Panglima TNI Koordinasi Soal 10 Koli Senjata Api di Bandara Fatmawati
Sosio drama yang ditampilkan menceritakan perjuangan Rakyat Indonesia bersama Panglima Besar Jenderal Sudirman di Yogyakarta ketika menghadapi agresi militer Belanda pada tahun 1948.
Peran Jenderal Sudirman dimainkan langsung cucu Sudirman, Danang Priambodo Sudirman.
Saat itu, Yogyakarta merupakan kota yang damai dan tenang, sampai pada kedatangan tentara Belanda menyerbu Yogyakarta.
Baca: 10 Koli Senjata Api di Bandara Fatmawati Senjata Organik Milik BNN
Kemudian, Jenderal Sudirman yang sedang sakit menghadap kepada Presiden Sukarno saat itu, untuk melaporkan apa yang terjadi di Yogyakarta.
Meski dilarang Sukarno karena melihat kondisi Sudirman saat itu, Sudirman tetap ingin berjuang menghadapi serangan dari Belanda.
"TNI akan timbul dan tenggelam bersama negara. Mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia. Sampai titik darah penghabisan," kata Sudirman.
Berbagai trik dan metode perang gerilya dipraktikan dalam menghadapi Belanda saat itu. \
Baca: Pengiriman Senjata Api Kembali Terjadi dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bengkulu
Dari semua usaha itu, Jenderal Sudirman kemudian berhasil menghalau Belanda dari tanah Yogyakarta.
Di penghujung drama, Jenderal Sudirman menyampaikan pesan bagaimana dirinya bisa lolos dari kejaran pasukan Belanda.
Ia menyebut ada tiga 'jimat' yang selama ini ia gunakan.
Pertama, dirinya tidak lepas menyucikan diri.
Kedua, dirinya tidak lepas dari salat lima waktu.
"Ketiga, semua saya lakukan dengan tulus dan ikhlas bukan untuk diri sendiri bukan untuk keluarga, bukan untuk institusi, bukan untuk partai, tetapi untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia," kata Sudirman.