TRIBUNNEWS.COM - Pilkada Jawa Barat 2018 akan diwarnai persaingan ketat. Seluruh figur yang potensial maju sebagai kandidat belum ada yang menjadi “matahari tunggal”.
Termasuk, elektabilitas Ridwal Kamil (RK) yang sudah resmi diusung Nasdem, dalam berbagai simulasi, pun belum cukup perkasa karena masih dibawah 40 persen.
Ada Dede Yusuf (DY) yang mulai meroket dan Dedi Mulyadi (DM) yang trendnya terus naik. Sementara, Deddy Mizwar (Demiz) yang elektabilitasnya di atas DM masuk dalam kategori stagnan.
Demikian analisis hasil survei terbaru Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Network Denny Ja) terkait dengan preferensi pemilih dalam Pilkada Jawa Barat 2018 mendatang yang disampaikan kepada pers, Sabtu (7/10).
Survei dilakukan pada 22-29 September 2017 dengan menggunakan metode standard: multi stage random sampling, dimana seluruh pemilih Jawa Barat dipilih secara random. Jumlah responden 440, dengan margin of error sebesar 4.8%.
Indikasi terjadinya persaingan ketat itu tergambar dari posisi elektabilitas seluruh figur yang potensial maju sebagai calon gubernur.
Mereka adalah Walikota Bandung Ridwan Kamil, Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dan anggota DPR RI dari Demokrat Dede Yusuf.
Kendati, nama-nama figur tersebut hingga kini masih terkendala “tiket” partai yang masih belum aman. Termasuk, Deddy Mizwar yang baru resmi diusung oleh PKS dan RK oleh Nasdem.
Dalam berbagai simulasi, mulai dari 21 calon, 8, 5 dan 4, posisi elektabilitas RK memang konsisten diatas seluruh calon.
Namun, belum mampu tembus diatas 50% apalagi 60%, angka yang sering kita gunakan untuk menyebut perkasa atau matahari tunggal.
Dalam simulasi 21 calon misalnya, RK harus puas dengan (26,7 %), disusul Dede Yusuf (20,1%), Deddy Mizwar (19,2%), AA Gym (10,0%), Dedi Mulyadi (9,7%) dan Uu Ruzhanul Ulum (Bupati Tasikmalaya) 5,1%. Yang lainnya, termasuk Rieke Diah Pitaloka (anggota DPR RI PDIP) hanya 4,1%.
Begitu juga dalam simulasi 8 calon, RK (29,6%), DY ( 24.0%), Demiz (19,0%), DM (11,1%), UU (7,1%) dan Rieke (5,2%).
Yang lainnya di bawah 1%. Untuk simulasi 5 calon, RK (32%), DY (24,8%), Demiz (19,5%), DM (12,9%) dan UU (7,8%). Sementara untuk simulasi 4 calon, RK (34.2%), DY (28,3%), Demiz ( 21,6%), DM (13,7%).
Dalam distribusi dukungan di aneka segmen demografis pun, mulai dari suku, agama, pemilih partai, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, dan jenis kelamin, seluruh calon yang akan bertarung belum ada yang kokoh merata di semua segmen.
Dari pengalaman LSI melakukan survei, dukungan yang merata di semua segmen itu biasanya sering menjadi indikator kuatnya calon tersebut.
Indikator lain yang biasa kita lihat untuk melihat seberapa potensial seorang calon untuk menang dalam Pilkada adalah pada tingginya strong supporter (pemilih militan).
Yang terjadi dalam survei Pilkada Jabar hingga saat ini, pemilih militan seluruh calon masih berada dibawah 20%. Sementara, diluar pemilih militan, masih ada sekitar 52% pemilih yang masih ragu, rahasia, atau sudah punya pilihan tapi masih sangat mungkin berubah.
Jumlah sebesar 52% itu biasa kita sebut dengan “lahan tak bertuan” yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja. Tentu, siapa yang bisa mengambil suara terbanyak dari 52% itu, dialah yang akan menang.
UU Cawagub Potensial
Pada survei kali ini LSI juga memotret para calon wakil gubernur. Ada tiga figur yang potensial bisa mendongkrak elektabilitas calon gubernur dengan beberapa pertimbangan dan alasan.
Salah satunya, alasan perlunya sosok yang merepresentasikan sosok yang memiliki basis pemilih Islam yang kuat mengingat karakter sebagian warga Jabar yang religius.
Dari ketiga calon wakil yang potensial, ada Aa Gym dan Uu Ruzhanul Ulum. Sementara Desy Ratnasari juga potensial lebih karena faktor popularitas keartisannya plus sebagai anggota DPR dari PAN.
Hanya kalau dilihat dari sosok para cagub potensial tadi, yakni RK, DY, Demiz dan DM, mereka masuk dalam kategori yang tercitrakan “nasionalis”. Sehingga, siapapun yang maju dari keempat cagub itu perlu figur calon wakil yang memiliki basis Islam yang kuat tadi, diantaranya, Aa Gym dan UU.
Dalam simulasi simulasi 19 calon, Aa Gym masuk sebagai calon wakil paling unggul dengan 14,9%, disusul Desy 12,0% dan Uu (10,1%).
Tapi, dalam simulasi 12 calon ketika Aa Gym dihilangkan, Desy masuk calon wakil tertinggi dengan 21,6%. Sementara, Uu melesat ke 20,6% ketika Aa Gym dan Desy dihilangkan. Ini artinya, jika Aa Gym dan Desy tak jadi masuk sebagai calon wakil, maka Uu lah yang sangat potensial mendongkrak siapa pun cagub nya.
Hanya, problem UU lebih pada persoalan tingkat pengenalan yang masih rendah (22,4%). Bandingkan dengan Aa Gym (95,2%) dan Desy (92,0%).
Tapi tingkat pengenalan seperti Uu yang masih rendah jauh lebih baik asal tingkat kesukaannya tinggi ketimbang figur yang tingkat pengenalannya tinggi tapi tingkat kesukaannya rendah. Dari data survei ini, Uu memiliki tingkat kesukaan 77,5% dari yang mengenalnya sebanyak 22,4%.
Untuk calon gubernur yang memiliki kategori yang sama seperti Uu, yaitu Dedi Mulyadi. Dia masih punya potensi untuk terpilih karena tingkat pengenalan Dedi yang baru 50,6%, tapi tingkat kesukaanya cukup tinggi, 83,9%.
Bandingkan dengan Demiz dan DY yang pengenalannya sudah diatas 90%. Ini artinya, jika Dedi Mulyadi mau menggenjot pengenalannya hingga 80 atau 90% seperti Demiz dan DY, potensi terpilih DM sangat terbuka.