Berbeda seperti teman-temannya yang mengeluhkan hadirnya ojek online dan taksi online, Mamat justru melihat hadirnya kedua transportasi alternatif itu sebagai sebuah persaingan yang wajar.
Sejauh ini Mamat merasa masih sanggup menutupi setoran bajajnya sejumlah Rp. 100 ribu per hari. Mamat yang setiap hari mulai narik dari pukul 05.00 WIB setiap pagi sampai pukul 19.00 WIB mengaku hanya menghabiskan Rp. 15 ribu setiap hari untuk membeli bahan bakar gas untuk bajaj milik orang tua angkatnya itu.
"Kalo narik sih, asal kita dikasih sehat sih ada aja rezeki mah. Asalkan jangan ngeluh. Sama aja sih kita ngeluh nggak ada yang nambahin. Percuma sih kita ngeluh, pikir saya mah gitu aja. Asalkan kita giat sih ada aja rezeki," ungkap Mamat.
Untuk harga kebutuhan pokok sendiri Mamat tidak merasa adanya kenaikan yang signifikan kecuali TDL.
Bagi Mamat, harga kebutuhan pokok di kampung dan di Jakarta tempatnya mencari nafkah bukanlah menjadi masalah yang berarti.
Mamat bersyukur masih bisa sering pulang ke Palimanan tiga bulan sekali untuk menemui keluarganya. Untuk mudik, Mamat biasanya menggunakan bajaj yang ia gunakan sehari-hari untuk narik.
Mamat mengaku dipinjami oleh Pak Daud yang sudah ia anggap sebagai orang tua angkatnya di Jakarta. Menurut Mamat, bajaj berwarna biru bernomor polisi B 4710 BZB itu sudah ia rawat dan anggap seperti miliknya sendiri. Hal itulah yang membuat Pak Daud mempercayakannya kepada Mamat.
"Udah empat kali saya mudik pakai bajaj itu. Kalo pulang, Pak Daud nggak pernah minta setoran, justru saya dikasih THR," ungkap Mamat.
Bajaj yang kini pria kelahiran Jakarta 1 Juni 1981 itu bukanlah bajaj yang ia gunakan untuk mengantar Jokowi ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Minggu (1/6/2014).
Jokowi duduk di dalam bajaj tersebut bersama jubir Jokowi-JK, Anies Baswedan dengan pelat nomor B 2954 MA. Sementara JK menggunakan bajaj dengan pelat nomor B 2062 DE sendirian. Mereka kompak menggunakan bajaj, sekitar pukul 13.20 WIB.
Mamat mengungkapkan bahwa bajaj yang dulu ia gunakan untuk mengantar Jokowi ke KPU kini telah berada di sebuah hotel di Semarang untuk dipajang setelah sebelumnya dibeli oleh PT. Sido Muncul dari orang tua angkatnya, Pak Daud beberapa minggu setelah ia mengantar Jokowi.
Mamat mengaku banyak orang di Jakarta dan di kampung yang meanggilnya dengan "Pak Jokowi". Mamat mengaku malu meski ia sendiri bangga telah mengantar Jokowi menuju KPU.
"Sekarang banyak yang kalo ketemu manggil, 'Pak Jokowi! Pak Jokowi!' saya malu," ungkap Mamat.
Pada tiga tahun masa pemerintahan Jokowi, Mamat mengaku maklum jika memang masih banyak teman-temannya yang menganggap kalau pemerintahan Jokowi belum banyak bisa memberi perubahan nasib kepada kawan-kawannya.