TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri terlibat kontak senjata dengan terduga teroris di Gunung Mawu Rite, Kabupaten Bima, NTB, Senin (30/10/2017), pukul 09.45 WITA.
Meski mendapatkan serangan dari para kelompok teroris tersebut, namun Mabes Polri belum dapat memastikan bahwa pelarian ISIS dari Marawi, Filipina Selatan sudah masuk ke Bima.
Beberapa anggota ISIS dikabarkan kabur setelah tergencet serangan kelompok militer Filipina.
Baca: Hinca Panjaitan: Deddy Mizwar Bukan Orang Baru Bagi Demokrat
"Kalau dikatakan bahwa Bima menjadi lokasi baru (pelarian ISIS). Saya belum bisa memastikan karena itu harus ada indikator. Terkait Marawi belum ada kaitannya," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto, kepada wartawan di Mabes Polri, Jln Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (31/10/2017).
Setyo mengungkapkan bahwa para teroris yang terlibat baku tembak dengan Densus 88, terkait dengan Mujahidin Indonesia Timur dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang dipimpin oleh Santoso.
Kelompok ini banyak yang lari ke Bima, setelah diporak-porandakan oleh operasi Tinombala.
"Setahu saya dari data kelompok Poso ada link kuat dengan Bima. Mereka pindah, yang masih bertahan gak ada namanya memang, tapi mereka bergerak di Bima menerima perintah," ungkap Setyo.
Pemimpin kelompok Abu Sayyaf dan Maute tewas pada Senin (16/10/2017) dalam sebuah operasi khusus oleh ribuan pasukan untuk merebut kembali daerah terakhir di kota Marawi.
Baca: 200 Orang Tewas Insiden Runtuhnya Terowongan di Lokasi Tes Nuklir Korut
Pimpinan Abu Sayyaf, Isnilon Hapilon, yang terdaftar di antara tersangka teroris paling dicari FBI dan Omarkhayam Maute tewas dalam pertempuran pamungkas.
Jenazah kedua pimpinan militan yang sudah tergabung dalam ISIS ditemukan Senin (16/10/2017) di Marawi.
Kematian keduanya membuat posisi ISIS di Filipina semakin terjepit.